Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kepala Sekolah "Kaizen" dan Penjaminan Mutu Pendidikan

14 September 2018   21:08 Diperbarui: 14 September 2018   21:13 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemampuan manajerial seorang kepala sekolah menjadi salah satu indikator keberhasilan seorang kepala sekolah. Jangan sampai dia menerapkan "manajemen tukang cukur", yang artinya segala sesuatunya diatur dan dilakukan sendiri. Hal tersebut justru menjadi nilai negatif baginya. Ada kasus guru dan staf yang kurang hormat dan kurang simpati terhadap kepala sekolah karena dia menerapkan "manajemen tukang cukur" dan kurang mampu memperlihatan wibawa dalam kepemimpinannya.

Dalam menjalankan kepemimpinannya, kepala sekolah harus menjadi agen perubahan dan terus meningkatkan profesionalismenya. Dalam dunia manajemen, dikenal istlah "kaizen." Kaizen merupakan filosofi membangun budaya mutu berkelanjutan yang berasal dari Jepang. "Kai" berarti perubahan dan "Zen" berarti baik.

Dengan demikian, maka Kaizen dapat diartikan sebagai perubahan ke arah yang lebih baik. Filosofi Kaizen berpandangan bahwa selalu tersedia ruang gerak, waktu, dan tenaga untuk melakukan perbaikan. Kaizen selalu berusaha melakukan perubahan karena tidak pernah ada capaian yang bersifat sempurna dan permanen. Kaizen selalu berusaha meningkatkan mutu atas apa yang telah dicapai. Istilah kaizen sama dengan istilah Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu (MMT) (Sudarwan Danim, 2007: 20-21).

Penerapkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) sebagai bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) yang diatur dalam Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah. Hal ini merupakan peluang bagi kepala sekolah untuk meningatkan mutu satuan pendidikan yang dipimpinnya. Melalui siklus penjaminan mutu, kepala sekolah menjadi lokomotif perubahan dengan memberdayakan semua potensi yang dimiliki oleh sekolah untuk mencapai 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Siklus SPMI terdiri dari lima tahapan, yaitu (1) pemetaan mutu, (2) perencanaan pemenuhan mutu, (3) pelaksanaan pemenuhan mutu, (4) monitoring dan evaluasi (monev) pelaksanaan pemenuhan mutu, dan (5) penentuan strategi pencapaian mutu yang baru. Dalam melaksakan SPMI, kepala sekolah memimpin rapat untuk membentuk Tim Penjaminan Mutu Sekolah (TPMPS) yang akan menjadi leading sector dalam pelaksanaan SPMI. Disamping menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), hal itu sebagai bentuk pemberdayaan,  pembagian peran, dan melatih guru dan staf untuk berorganisasi, berdemokrasi, menerapkan budaya partisipatif, berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan berjiwa pembelajar.

Seorang kepala sekolah yang berprestasi bukan hanya kepala sekolah yang berhasil mencapai prestasi pribadi, tetapi mampu memimpin, membina, mengayomi, dan memberdayakan guru dan staf. Dia tidak one man show, tetapi membangun team work dan mengelola sekolah secara transparan dan akuntabel. Dan pelaksanaan SPMI adalah sebuah jalan untuk mewujudkan hal tersebut.

Kepala sekolah yang berjiwa "kaizen" tentunya akan memiliki jiwa pembelajar, kreatif, dan inovatif, serta mencari peluang-peluang baru untuk meningkatkan mutu sekolah yang dipimpinnya. Disinilah kompetensi kewirausahaan seorang kepala sekolah diuji. Wirausaha tidak selalu identik dengan bisnis atau dagang, tetapi nilai atau semangat wirausaha yang diterapkan, seperti kerja keras, inovasi, kreativitas, sungguh-sungguh, pantang menyerah, menyukai tantangan, dan sebagainya.

SPMI dapat berjalan dengan baik jika semua komponen terkait berjalan dengan baik dibawah komando kepala sekolah. Karakter kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi iklim sekolah yang dipimpinnya. Guru dan staf akan ikut mendukung dan melaksanakan kebijakan kepala sekolah jika kepala sekolah mampu meyakinkan mereka. Dengan demikian, maka karakter kepala sekolah "kaizen" sangat diperlukan untuk menyukseskan implementasikan SPMI. Wallaahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun