Mohon tunggu...
Rial Roja
Rial Roja Mohon Tunggu... Digital Marketing/Content Writer

Mari berbagi cerita dan inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anak Muda, Hoaks dan Tantangan Berfikir Kritis dalam Politik

13 Februari 2025   11:57 Diperbarui: 13 Februari 2025   11:57 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Tulisan Politic (Sumber: Freepik/Jcombs)

Di tengah maraknya era digital dan media sosial, informasi politik menyebar lebih cepat dari sebelumnya. Anak muda, sebagai pengguna internet terbesar, sering kali menjadi target berbagai berita---baik yang akurat maupun hoaks. Hoaks politik kini menjadi ancaman nyata, tidak hanya bagi kestabilan demokrasi, tetapi juga bagi kemampuan berpikir kritis generasi muda.

Bagaimana sebenarnya anak muda menghadapi tantangan ini? Dan apakah mereka mampu menjadi benteng terakhir dalam memfilter kebenaran di dunia maya?

Meningkatnya Hoaks di Era Media Sosial

Saat ini, informasi mengalir deras dari berbagai kanal media sosial seperti Instagram, TikTok, Twitter, hingga WhatsApp. Platform-platform ini tidak hanya menjadi ruang berekspresi, tetapi juga tempat penyebaran berita politik yang tidak selalu benar. Hoaks sering kali dikemas dengan bahasa yang provokatif dan sensasional sehingga mudah menarik perhatian.

Sayangnya, banyak anak muda yang terjebak dalam jebakan ini. Sebuah survei menunjukkan bahwa hoaks paling sering menyebar di kalangan pengguna media sosial yang aktif, termasuk remaja dan mahasiswa. Ini disebabkan oleh dua hal: minimnya verifikasi informasi dan kecepatan berbagi tanpa berpikir panjang. Di sinilah muncul tantangan besar bagi generasi muda untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

Berpikir Kritis: Senjata untuk Melawan Hoaks

Berpikir kritis sebenarnya adalah keterampilan penting dalam menyaring informasi, terutama dalam konteks politik. Namun, berpikir kritis tidak datang secara alami. Ini membutuhkan latihan dan kesadaran untuk selalu mempertanyakan kebenaran informasi. Sayangnya, sistem pendidikan kita belum sepenuhnya menanamkan kemampuan ini dengan efektif.

Salah satu masalah utama adalah pendekatan pendidikan yang cenderung berfokus pada hafalan, bukan analisis. Akibatnya, banyak anak muda tidak terbiasa menguji validitas informasi atau mencari sumber-sumber yang kredibel. Padahal, di era banjir informasi seperti sekarang, kemampuan ini sangat dibutuhkan.

Solusinya? Anak muda perlu didorong untuk bersikap skeptis---bukan dalam arti sinis, tetapi dalam hal berani mempertanyakan. Jika sebuah berita terlihat mencurigakan, penting untuk mencari tahu siapa sumbernya dan apakah berita tersebut didukung oleh fakta yang dapat diverifikasi.

Peran Media dan Komunitas dalam Mendorong Kesadaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun