Mohon tunggu...
Idik Saeful Bahri
Idik Saeful Bahri Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang rakyat yang selalu menggugat

Saya merupakan lulusan Fakultas Hukum, S1 ditempuh di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sementara S2 dituntaskan di UGM Yogyakarta. Jadi, percayalah dalam masalah hukum, saya siap bertanggung jawab untuk setiap tulisan saya. Adapun tulisan saya diluar hukum, anggap saja hiburan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mempertanyakan Penyebutan "Eyang" untuk Hasan Maolani Lengkong

28 Juni 2020   19:32 Diperbarui: 28 Juni 2020   19:22 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perubahan makna dalam istilah "kyai" tadi adalah contoh perubahan makna karena waktu. Contoh lainnya adalah istilah "ulama". Di Arab sana, istilah "ulama" telah ada bahkan sebelum munculnya Islam. Istilah ini bermakna orang-orang yang berilmu, dalam bidang apapun. 

Jika ada sekelompok orang yang ahli dalam berburu, maka secara bahasa bisa juga disebut ulama. Namun saat Islam datang, istilah ini mengalami perubahan makna, menjadi sekelompok orang yang ahli dalam bidang agama Islam saja. Hal ini terbukti dalam kitab-kitab Islam, jika disebut istilah "ulama" maka maknanya hanya untuk orang yang ahli dalam bidang agama Islam.

Adapun contoh perubahan makna karena wilayah, misalnya istilah "ustaz" yang merupakan istilah yang diambil dari bahasa Arab. Di Arab sana, istilah ini memiliki arti "guru"secara umum. 

Bisa guru matematika, guru fisika, guru kimia, dan lain-lain. Namun ketika istilah tersebut diadopsi ke dalam bahasa Indonesia, maknanya bergeser hanya untuk "guru agama" saja. Silahkan cek di KBBI.

Ini menunjukkan, secara bahasa istilah "kyai" tidak dapat diterjemahkan secara sepihak bahwa istilah tersebut "lebih Islami" dari istilah "eyang". Toh jika merujuk pada definisi makna sebelum masuknya Islam di tanah Jawa, istilah "kyai" tersebut memiliki arti yang sama dengan istilah "eyang" di masa sekarang, yaitu untuk orang yang dituakan. Untuk apa mengganti istilah yang maknanya sama dengan istilah lain yang tidak familiar?

  • Istilah "Eyang" telah melekat di benak hati masyarakat Lengkong

Sebagaimana telah saya uraikan diatas, bahkan jika ada orang Lengkong yang hanya menyebut nama "eyang" saja, maka lawan bicaranya yang sama-sama orang Lengkong akan langsung paham bahwa sosok yang dibicarakan adalah Eyang Hasan Maolani.

Ini berarti istilah "eyang" bagi Hasan Maolani telah melekat di hati masyarakat, dan karenanya telah menjadi istilah sosial yang akan sulit digantikan. Saya pribadi agak risi jika menyebut nama Hasan Maolani dengan nama "Kyai Hasan Maolani", karena nama ini menjadi asing di telinga saya. 

Sejak saya kecil hingga sekarang, dan juga untuk selanjutnya, saya pribadi akan tetap memanggil dengan nama "Eyang Hasan Maolani". Ini lebih familiar, ini lebih dicintai oleh masyarakat.

  • Penggunaan istilah "kyai" hanya akan menambah beban pengenalan sosok Hasan Maolani

Sudah sejak lama masyarakat Lengkong mengenal sosok Eyang Hasan Maolani. Namun harus jujur diakui, sosok Eyang Hasan belum dikampanyekan secara nasional. Sudah pernah nama ini diajukan sebagai pahlawan nasional, namun harus terhenti karena banyak hal. 

Dari sejak diajukan sebagai pahlawan nasional, secara tidak langsung kita memulai untuk mengkampanyekan nama Eyang Hasan Maolani agar bisa dikenal oleh masyarakat yang lebih luas, yakni rakyat Indonesia.

Namun cita-cita ini akan terbentur dengan perubahan istilah dari "eyang" menjadi "kyai". Jangankan untuk kampanye nasional, untuk internal masyarakat Lengkong saja, kita harus memulainya dari nol. Apa tidak menambah beban kedepannya?

  • Istilah "Eyang" bisa menjadi tanda yang diingat oleh rakyat Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun