Mohon tunggu...
Dewa Ketut Suharjana
Dewa Ketut Suharjana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Wirausaha

Wirausaha

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Kalau Kecebong dan Kampret Kawin Jadi Apa?"

14 September 2020   09:33 Diperbarui: 14 September 2020   09:40 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suatu pagi, seorang sahabat (sebut saja Mr. Muni) menelpon penulis. Dia mengabarkan bahwa di wall FB salah satu kawan FB nya (sebut saja Mr. Muno) ada postingan berupa pertanyaan: Kalo Kecebong dan Kampret kawin jadi apa? Bahkan tangkapan layar / screen shoot postingan tersebut dikirimkan juga ke penulis. Ini menggambarkan betapa sebelnya sahabat satu ini.

Setelah mengetahui latar belakang Mr. Muno dari cerita Mr. Muni, penulis jadi tahu mengapa Mr. Muni sangat gondok. Mr Muno ini sebenarnya kader Partai D, pendukung Paslon Muhamad-Sara, namun di Pilkada Tangsel kali ini Mr. Muno ini berkhianat terhadap partainya. Alih-alih ikut mendukung Paslon Muhamad-Sara sesuai garis kebijaksan Partai D, eh dia malah mendukung Paslon lain. Dan bahkan mengkampanyekan paslon lain itu kemana-mana. DI FB nya bertaburan foto Mr. Muno dengan paslon lain itu.

Oke Fine.

Kita tidak perlu ikut-ikut gondok seperti Mr. Muni. Tulisan ini tidak untuk membahas sikap khianat Mr. Muno, biarlah dia dengan sikapnya, karena terlalu berharga artikel ini jika hanya untuk membahas kemunafikan. Marilah kita membahas hal-hal positif saja dari postingan di atas; Kecebong dan Kampret.

Terimakasih pada Mr. Muno telah mengingatkan penulis tentang dua kelompok relawan garis keras tersebut. Bersatunya PDIP dan Gerindra dalam mengusung paslon kepala daerah di banyak tempat mencerminkan betapa mesranya hubungan pimpinan tertinggi kedua partai. Bersatunya PDIP dan Gerindra pada Pilkada Tangsel kali ini juga membawa konsekwensi pertanyaan seperti judul tulisan ini.

Melanjutkan pertanyaan judul diatas; Jadi apa?

Jawabannya: Jadi Walikota Tangsel !

Kok bisa? Ya bisa dong, tapi dengan syarat. Syarat penerapan strategi Sun Tzu seperti tulisan-tulisan penulis terdahulu wajib dijalankan. Itu frame besarnya. Frame kecilnya apa? Frame kecilnya adalah penerapan perilaku, sikap dan aktualisasi diri dari masing-masing Kecepret (singkatan dari kata Kecebong dan Kampret). Perubahan Kota Tangsel yang akan dibawa pasangan Muhamad-Sara harus dimulai dari diri semua individu relawan yang dikenal dengan istilah Kecebong dan Kampret di atas.

Kalau boleh memakai istilah Kecebong dan Kampret, maka Kecepret harus segera mempraktekkan ilmu manajemen pengembangan diri warisan leluhur yang bernama ASTA DASA KOTAMANING PRABU

Manajemen diri Asta Dasa Kotamaning Prabu terdiri dari 18 sikap, yaitu:

1. Wijaya. Kecepret harus berjiwa tenang, sabar dan bijaksana serta tidak cepat panik. Jadi kalo ada rekan seiring yang berkhianat, hadapi dengan tenang, apalagi kalo yang desersi itu tidak berguna-guna amat, ya biar saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun