Mohon tunggu...
Ichsan Andika
Ichsan Andika Mohon Tunggu... Lainnya - ...selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Ernst Schnabel meninggal 25 Januari 1986. Siapa tau ada hubungannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tapak Petilasan Sabrang Wetan

27 Maret 2020   09:31 Diperbarui: 27 Maret 2020   09:47 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Itu yang jadi kesimpulan kami dulu. Kini Iblis punya warta yang serupa.

"Yang kedua, berhati-hatilah pada salah seorang Israil yang dahulu bekerja pada pembuat alat siksa. Aku melihat bibit megalomaniak dalam dirinya, meskipun tak separah Ramoses. Ia ahli membuat lembu perunggu, yang bisa mengeluarkan suara-suara. Jika Baginda berdua lengah, hamba yakin ia akan mencari-cari cara agar dagangannya laku. Salah satunya, membuat sesembahan dari lembu itu. Kali pertama Baginda berdua melihat gelagat brengsek orang itu, langsung tebas saja lehernya."

Samiri. Hanya satu nama yang kuingat. Dan, ada benarnya perkataan Iblis ini. Ia selalu membangga-banggakan hasil karyanya, berupa perangkat siksaan. Semakin menyayat jerit korban perangkatnya, semakin bungah hatinya.

"Terima kasih atas masukanmu, Iblis. Sekarang, pergilah segera! Kami sudah malas melihat mukamu."

Dengan sekali tarik, rantai itu pecah ditangan Kanjeng Nabi Musa. Ternyata, cengkraman Dimas Musa sama kuatnya dengan tenaga Iblis. Begitu rantai jatuh ke tanah, Iblis berlari sekencang-kencangnya, membuat debu gurun naik mengepul dibelakangnya.

"Mari, kita lanjutkan, Kangmas Mahapatih."

"Mari, Kanjeng Rasul."

Dibelakang kami, Bani Israil berbisik-bisik. Bergosip. Desas-desus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun