Lebaran hari kedua. Belasan rekan kerja abang saya mendatangi rumah abang di Kawasan Bintaro Jaya. Terus terang, saya masih terbingung-bingung, apa nggak salah? Abang saya bukan muslim, sementara rekan kerja abang saya mayoritas muslim malah  memilih bersilaturahmi di  sana.
Sebelum berbingung-bingung, pada H-3 lebaran 2014, abang  meminta saya bantu mempersiap konsumsi karena dua pembantunya masih mudik.  Walaupun tetap ada satu pembantu infal tetapi tetap perlu manager in charge.  Buat yang belum tahu, pembantu infal itu tenaga baru yang dadakan jadi pembantu, yang dibayar harian khusus seputar hari lebaran atau natalan, dengan gaji yang berkali lipat. Jadi memang tidak mungkin diandalkan.
"Liburan ini kamu di Jakarta aja, kan?  Tolong ya bantuin aku, teman kantor pada mau silaturahmi, open house, ngumpul  lebaran di rumah di lebaran hari kedua,"  telpon abang saya.
"Hah nggak salah, silaturahmi di rumah Abang? Â Memangnya Abang ikut lebaran, hahaha. Â Kok malah silaturahmi ke rumah abang, Â bukan ke rumah si xxxxx (temen kantor abang yang berjilbab)?" tanya saya
Katanya mereka lebih senang ngumpul di rumah. Udah diskedul ya, hari kedua lebaran. udah conform di rumah. Ya ngumpul ngumpul aja,  menambah keakraban, dan  haha hihi aja seperti waktu natalan dulu." sahut abang.
Walau rada bingung, Â tapi saya adalah adik yang baik (hehe) dan pas nggak niat kemana-mana, maksudnya di Jakarta aja. Â "OK deh, menunya apa saja nih? Menu lebaran atau menu natalan? Maksudnya, menu tradisional atau menu ala Barat? "
"Ya menu tradisional aja, kamu lebih ngerti deh, yang jelas semua tamu mesti puas makan di rumah kita, mereka cukup datang nggak usah bawa apa-apa, " kata abangku yang baik hati ini.
Sejam kemudian saya lapor soal menu ke abangku aktif melayani sebagai  pemain piano di Gereja GPIB Bintaro.
"Bang menunya ini ya, ketupat nasi, ketupat ketan, rendang daging sapi, rendang ayam, Â ayam opor, Â sayur kacang, emping, Â sambal terasi," Â yang di-iya-kan Abang.
Singkat cerita akhirnya saya dan tante mempersiapkan semuanya, dan masih mikir, apa lagi yang pas untuk menu lebaran di 2014 ini.
Pas di hari H, di hari kedua lebaran, rencananya teman-teman kantor abang datang pukul 12an bersilaturahmi sambil menikmati makan siang, yang tentu saja kami siapkan dengan sukacita menyambut para tamu.
Pagi-pagi saya masih sempat memasak puding coklat instant untuk pencuci mulut, karena mencari buah di seputaran hari lebaran ternyata tidak mudah, dan kalau ada muahal.
Sesuai jadwal, pukul 12 berdatangan teman-teman kantor abang. Â Ada yang bersama keluarga lengkap yang berfashion lebaran dengan baju koko dan jilbab yang ngetrend, jilbab syahrini, jilbab Dewi Sandra, whatever lah. Ada yang datang bersama pasangan, dan ada yang sendirian juga.
Mereka datang bersilaturahmi lebaran di rumah abangku yang Kristen. Semuanya bersukacita, Â saling melempar humor, saling cerita lebaran dan kampung halamannya, dan tak lupa saling meledek. Semuanya happy, dan pastinya semuanya kenyang dan puas.
Begitulah nikmatnya saling menghormati. Natalan bahkan ternyata, ber-Lebaran di rumah abangku, yang Kristen, membawa nuansa istimewa karena kebersamaan,  kekerabatan, dan  kebahagiaan itu buat sesama manusia, tanpa perlu sekat agama, suku, ras, apalagi kaya dan miskin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI