Mohon tunggu...
Ibrahim Lubis M.Pd.I
Ibrahim Lubis M.Pd.I Mohon Tunggu... -

my name is Ibrahim Lubis, M.Pd.I and \r\nI am a teacher and author

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tujuan dan Kedudukan Penciptaan Alam Semesta

12 Juni 2014   17:48 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:04 19218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Makalah Tujuan dan Kedudukan Penciptaan Alam Semesta
Oleh: Ibrahim Lubis, M.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perspektif Islam, alam semesta adalah segala sesuatu selain Allah swt, oleh karena itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi saja, tetapi meliputi semua yang ada, baik mencakup hal yang konkrit dan yang abstrak atau yang tidak dapat diamati oleh penginderaan manusia. Dimana dibagi menjadi dua alam, yaitu alam syahadah dan alam ghaib. Dimana alam semesta ini memiliki kedudukan dalam pandangan filsafat pendidikan islam, yaitu sebagai guru bagi manusia, dan juga sebagai tanda dari keberadaan dan kekuasaan sang pencipta. Begitu juga dengan manusia, selain Allah menciptakan alam, Allah juga menciptakan manusia, yang mana akan berperan sebagai pemimpin atau pengendali dari alam semesta yang telah diciptakan oleh Allah. Dan dalam pandangan filsafat pendidikan islam, manusia diciptakan mempunyai kedudukan tertentu, yaitu sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-baqarah ayat 30 – 32. Dimana kedudukannya bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari segala apa yang ada di muka bumi ini. Dimana semua itu tergantung pada akhlak dan akal ( ilmu ) nya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Penciptaan Alam Semesta
Allah menegaskan bahwa Dia tidak menciptakan langit, bumi dan apa yang ada diantara keduanya secara main-main, kecuali dengan al-haq.[1] Itu berarti bahwa tidak ada ciptaan Allah, sekecil apapun ciptaan itu, yang tidak memiliki arti dan makna, apa lagi alam semesta yang terbentang luas ini.
Dalam persfektif islam, tujuan penciptaan alam semesta ini pada dasarnya adalah sarana untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan dan kemahakuasaan Allah.[2] Secara ontologis, adanya alam semesta ini mewajibkan adanya zat yang mewujudkanya. Keberadaan langit dan bumi mewajibkan adanya sang pencipta yang menciptakan keduanya. Keberadaan alam semesta merupakan petunjuk yang sangat jelas, tentang adanya keberadaan Allah sebagai Tuhan maha pencipta. Karenanya, dengan mempelajari alam semesta, manusia akan sampai pada pengetahuan bahwa Allah adalah zat yang menciptakan Alam semesta.
Alquran secara tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan Alam semesta adalah untuk memperlihatkan kepada manusia tanda-tanda keberadaan kekuasaan Allah. Disampig sebagai sarana untuk menghantarkan manusia akan keberadaan dan keMaha kekuasaan Allah, dalam presfektif islam, alam semesta beserta segala sesuatu yang berada didalamnya diciptakan untuk manusia.[3] Dan fungsi konkret alam semesta adalah fungsi rubbubiyah yang diciptakan Allah kepada manusia, sehingga alam ini akan marah manakala manusia bertindak serakah dan tidak bertanggung jawab.[4]
B. Kedudukan Alam Semesta
Allah sebagai pencipta, pemilik kasih dan sayang untuk segenap makhluk-Nya alam ini sebagai bukti dari kasih sayang Allah untuk manusia. Karna alam semesta diciptakan untuk manusia, maka Allah telah menundukkan bagi mereka untuk kepentingan manusia. Allah menundukan apa yang ada dilangit dan bumi. Dialah yang memudahkan alam ini bagi manusia dan menjadikannya sebagai tempat tinggal yang enak untuk didiami.[5] Agar manusia mudah memahami alam semesta, maka Allah menciptakan ukuran atau ketentuan yang pasti ( sunnah Allah). Pada alam semesta, sehingga ia bersifat fredichtable. Kemudian, agar manusia mudah memahami dan berinteraksi dengan alam semesta ini, maka Allah menciptakan dengan derajat yang lebih rendah dibanding manusia. Untuk itu, manusia tidak boleh tunduk kepada alam semesta, tetapi harus tunduk kepada Allah, Tuhan yang telah menciptakan dan menundukan alam ini buat mereka.
Meskipun alam semesta ini diciptakan untuk manusia, namun bukan berarti manusia dapat berbuat sekendak hati didalamnya. Hal ini bermakna bahwa kekuasaan manusia pada alam semesta ini bersifat terbatas. Manusia hanya boleh mengolah dan memanfaatkan alam semesta ini sesuai dengan iradah atau keinginan Tuhan yang telah mengamanahkan alam semesta ini kepada manusia. Memang, sebagai khalifah Allah telah memberikan mandat kepada manusia untuk mengatur bumi dan segala isinya. Demikianpun, kekuasaan seorang khalifah tidaklah bersifat mutlak, sebab kekuasaannya dibatasi oleh pemberi amanah kekhalifahan itu, yakni Allah.[6]
Dalam persepektif pendidikan Islam, alam adalah guru manusia. Kita semua wajib belajar dari sikap alam semesta yang tunduk mutlak pada hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah. Tidak terbayangkan oleh kita semua manakala alam berprilaku diluar hukum-hukum Allah, alam melanggar sunahnya. misalnya Gunung meletus menyemburkan api, matahari terbit dan turun ke bumi, bintang-bintang berjatuhan, pohon-pohon tumbang, lautan meluap, ombak menghantam, terjadi badai, dan bumi berhenti berputar. Pelajaran apa yang dapat diambil dari kejadian demikian ?


Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun