Warren Buffett pernah berkata,Â
"Do not save what is left after spending, but spend what is left after saving." Artinya, "Janganlah menabung dari sisa belanja, tapi belanjakan dari sisa tabungan."
Kutipan ini sudah sering beredar di kolom finansial kebanyakan website, atau bahkan sering terdengar, tapi tak banyak yang betul-betul mengujinya.
Jadi, maksud dari pak Buffet ini adalah menyinggung kebiasaan banyak orang yang selalu mendahulukan belanja daripada tabungan. Sebab, ketika kita mendahulukan belanja, maka kita sering lalai untuk menyisakan uang untuk tabungan, hingga tak sadar sisa uangnya sedikit, atau bahkan habis.
Berbeda dengan menyisakan tabungan, misal kita telah berencana mengalokasikan langsung kisaran 20-30% gaji bulanan, lalu sisanya digunakan belanja, maka itu adalah pilihan bijak. Tabungan tetap tumbuh karena dianggap sebagai pengeluaran wajib. Sehingga, jumlah tabungan akan menumpuk banyak di masa mendatang.
Di Indonesia, kita punya satu bentuk tabungan yang sudah lama ada, tapi baru akhir-akhir ini kembali dilirik, yaitu Tabungan Emas Pegadaian.
Kenapa Emas?
Emas adalah aset safe haven, artinya ketika kondisi ekonomi sedang goyah, entah karena inflasi, konflik geopolitik, atau bahkan krisis global, emas tetap punya daya beli yang kuat. Tidak hanya bergantung pada janji, tapi karena semua orang dan sejarah sendiri sudah membuktikannya.
Pada bulan Januari 2020, harga emas per gramnya masih sekitar Rp793.165. Sedangkan di bulan ini, jika kita lihat website logammulia.com, harga emas sudah mencapai Rp1.919.000 per gram. Tak perlu repot-repot menjadi trader profesional atau ahli saham. Ini menunjukkan peningkatan drastis sebanyak 100% lebih.
Dikutip dari pegadaian.co.id, salah satu faktor penggerak peningkatan harga emas adalah adanya kebijakan tarif Trump yang memicu ketegangan global, terutama dengan China. Alasan lainnya adalah karena harga emas global juga telah mencapai $3.245/Oz, dan diprediksi bisa menyentuh $3.300/Oz.