Mohon tunggu...
Gaharu Online
Gaharu Online Mohon Tunggu... Guru - Ibnu Rusid

Provinsi Nusa Toleransi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekilas tentang Alor-Baranusa

28 Januari 2019   10:32 Diperbarui: 29 Januari 2019   11:37 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Kepala Desa Illu Bahron Boli Birang bahwa pada saat orang-orang Baranusa menempati tanah Piring Sina ada beberapa kebudayaan yang dibentuk oleh Raja Boli Tonda bersama beberapa kepala suku, yaitu : 1) Beku Baranusa (tarian lego-lego), 2) Bajo Apa Orong Liang (tradisi tumbuk padi secara bersama menjelang pesta pernikahan dengan menyanyikan syair-syair tradisional); 3) Gala Soro (tarian penyembutan); dan 4) Tarian Dani-Dana yaitu suatu tarian yang dilakukan oleh beberapa orang diringi dengan irama gambus.

Disamping beberapa tradisi yang dibentuk oleh Raja Baranusa seperti tergambar di atas, ada lagi ragam tradisi lain yang berkembang secara alamiah menuju arah kesempurnaan, salah satu diantaranya adalah Tradisi Perkawinan dalam Adat Masyarakat Baranusa.

Menurut Bapak Muktadir Latif bahwa ada tiga macam perkawinan yang terdapat pada masyarakat baranusa, antara lain; 1) Pohi Nawung, 2) Suka Sama Suka, 3) Gere Uma, dan Kawin Lari (Palae).

Selain itu Beliau juga mengatakan bahwa tradisi perkawinan dalam adat Baranusa memiliki beberapa tahapan, diantaranya : 1) Melamar (Pilling Malu Banga), 2) Kumpul keluarga (Kakari) 3) Pesta penentuan Waktu (Tang Allo Nikah) yang diserta dengan Gou Opung-Anang dan Pau Opung-Anang; 4) Pesta Pernikahan (Haja Matang) yang disertai dengan tullung dan pohing, 5) Bapang Pukkong, 6) Guo Kawae dan antar Kawae.

Model dan tahapan perkawinan dalam adat Baranusa tersebut, menjadi sebuah warisan kebudayaan yang ditransformsika
n secara turun temurun pada tiap generasi. Hal tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk mengkaji berbagai macam kebudayaan yang terdapat dalam Adat masyarakat Baranusa sebagai bentuk-bentuk kearifan lokal yang belum terungkap kepermukaan.

Dalam penilitian ini, dapat diketahui bahwa masyarakat baranusa sebagai suatu masyarakat adat yang memeiliki rasa solidaritas sosial yang tinggi dari berbagai aspek. Indikator sederhana yang kita jumpai adalah masyarakat baranusa sendiri terdiri dari beberapa suku/klan, dan setiap klan memiliki beberapa marga (fam) yang berbeda-beda, namun memiliki rasa solidaritas yang tidak bisa dibantahkan. 

Secara umum ada empat klan yang mendiami tanah baranusa, yaitu, suku uma kakang, suku maloku, suku hale-weka dan suku sandiata. Dan dari keempat suku tersebut dalam acara perkawinan mereka saling bahu-membahu untuk menyukseskan hajat perkawinan yang dilakukan oleh seseorang. 

Bukti saling bahu membahu tersebut diwujudkan dalam bentuk acara kakari dan opung anang dalam pesta Tang Allo Nikah dan Pesta Pernikahan (Haja Matang)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun