Mohon tunggu...
Gaharu Online
Gaharu Online Mohon Tunggu... Guru - Ibnu Rusid

Provinsi Nusa Toleransi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemimpin Dalam Kotak!

19 Juni 2018   19:33 Diperbarui: 19 Juni 2018   19:37 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
screenshot selasar.com

  Sebelum kita lebih jauh membahas pemimpin, sedikit kita bahas pengertian pemimpin. Menurut Kamus Besar Bahasa Indones (KBBI) Pemimpin adalah orang yang memimpin. Sedangkan jika kita mungut dari salah satu buku keagama menyebutkan bahwa "setiap kalian adal pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya" .

   Pemimpin di negri ini adalah pemimpin yang lahir dari demokrasi yang panjang serta dialektika yang sengit. Beradu dalam konsep pembangunan serta konsep pemberdayaan masyarakat, yang paling mencengangkan adalah beradu TIMSES. Konsep-konsep yang ditawarkan terasa hambar di mata masyarakat, bukan dikarenakan kekurangan garam tetapi kurangnya realisasi daripada konsep tersebut hal ini yang memicu rasa demokrasi kita hambar.

   Dialektika yang panjang serta pertarungan antara TIMSES (atau yang sering saya sapa dengan Pejuang) melahirkan Pemimpin yang seringkali Gagal Move On dari hajatan demokrasi. Pemimpin seringkali dalam banyang-banyak para Pejuang kemenangan. Ditambah lagi Gagal Move On dari proses pemilihan, hal ini akan berdampak pada keberlangsungan rakyat yang di pimpinnya.

   Pemimpin yang lahir dari dinamika diatas maka dengan sendirinya akan mengotakan Rakyatnya dalam beberapa kotak, mungkin ada yang dalam ruang ber-AC, ada yang tidak dan ada juga di emperan. Pengotakan ini jarang terjadi di kalangan elit, namun sering dilakoni oleh kalangan menengah dan dibawanya.

   Pengotakan ini seharusnya tidak perlu dilakukan oleh Pemimpin, karna sejati mempin adalah amanah yang di emban untuk mengayomi, menjaga dan mensejahtrakan rakyatnya. Jika setiap pemimpin di negri ini sadar maka tidak sepatutnya pengotakan itu terjadi, apapun alasannya.

    Demokrasi yang terjadi memiliki sebab dan akibat, hal ini tentunya suda di fikirkan oleh calon pemimpin, jika dirinya tidak memdapatkan simpati bahkan dukungan dari masyarakat maka dirinya belum sepenuhnya baik dan ada yang lebih baik dari dirinya. Jika hal ini tidak disadari maka Pemimpin yang lahir adalah Pemimpin dalam kotak (menurut saya) karna belum mampuh menerima kekurangan diri dan kelebihan orang lain.

    Sebagai generasi muda sudah sepatutnya kita menjahui pemikiran diatas, pemikiran yang mengkotak-kotakan, kita seharusnya Move On dari demokrasi yang dijalani itupun demokrasi yang sehat sesuai aturan Pemerintah. 

    Solusi sederhana sebagai calon pemimpin, kita harus belajar menerima kekalahan dan berbesar hati akan proses yang dilakukan. Perlu kita sadari bahwa tidak ada satu manusiapun yang disukai oleh manusia lainnya arti tidak semua orang bersimpati terhadap kita maka sudah sepantasnya kita selalu mengayomi, merangkul dan menjauhkan mereka dari stigma negatif tentang kita. Bukan dengan cara menghambat segala urusannya. Dan satu lagi, pemimpin yang terpilih adalah pemimpin bagi seluruh rakyat yang berada di tempat tersebut bukan diperuntukan hanya kepada mereka yang memilikmu sebagai pemimpin.

     Berangkat dari solusi diatas maka saya mengajak mari kita Move On dan menghilangkan prilaku primordial dalam memimpin dan katakan tidak Pada Kotak-kotak. Sehingga terciptalah generasi yang sehat dalam berdemokrasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun