Mohon tunggu...
Ibnu Fatih fathan
Ibnu Fatih fathan Mohon Tunggu... mahasiswa

seorang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi dan sering berdiskusi dan berinteraksi, memiliki kesadaran akan sejarah yang terjadi dan memiliki kisah asmara yang rumit

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesenian Bebenjangan: Salah Satu Budaya Hasil Akulturasi yang Masih Dilestarikan oleh Masyarakat Bandung Timur

2 Juli 2024   13:30 Diperbarui: 2 Juli 2024   16:02 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia, sebagai negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa, seringkali menjadi tempat berlangsungnya berbagai pagelaran budaya yang menggambarkan keragaman etnis dan tradisi. 

Salah satu pagelaran budaya yang cukup menonjol adalah "Bebenjangan," sebuah pagelaran yang menggambarkan keindahan, kekayaan, dan keragaman budaya Indonesia. keseniam ini bukan hanya sekadar acara hiburan, tetapi juga merupakan upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan warisan budaya kepada generasi muda serta memperkuat identitas nasional. 

Pagelaran seni Bebenjangan merupakan salah satu bentuk ekspresi budaya yang mencerminkan kekayaan warisan budaya Sunda di Indonesia. Benjang adalah sebuah seni pertunjukan yang memadukan unsur musik, tari, dan teater dalam sebuah pagelaran yang penuh dengan warna dan energi. Pagelaran ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk melestarikan tradisi dan mengedukasi generasi muda tentang pentingnya budaya lokal. 

Kesenian bebenjangan sendiri berasal dari Jawa Barat, Indonesia. Nama 'bebenjangan' diambil dari kata 'benjang', yang berarti "menari" atau "bergerak" dalam bahasa Sunda. Secara historis, bebenjangan adalah bentuk seni pertunjukan yang berasal dari tradisi masyarakat agraris Sunda yang sangat erat kaitannya dengan kegiatan ritual dan keagamaan. 

Bebenjangan pertama kali muncul sebagai bagian dari upacara adat masyarakat agraris yang sedang merayakan panen atau dalam perayaan-perayaan adat lainnya. Bebenjangan memiliki akar yang dalam dalam kebudayaan Sunda. Berawal dari tradisi agraris masyarakat Sunda, Reak awalnya merupakan bentuk syukuran atas hasil panen yang melimpah. 

Dalam perkembangan zaman, seni Reak bertransformasi menjadi sebuah pertunjukan yang lebih kompleks dengan berbagai elemen seni yang dipadukan dalam satu rangkaian acara. Pada pagelaran ini, biasanya terdapat berbagai kelompok kesenian dari berbagai daerah yang menampilkan variasi seni Reak sesuai dengan gaya dan interpretasi masing-masing. 

Salah satu elemen kunci dalam seni Reak adalah musik tradisional yang dimainkan dengan berbagai alat musik khas Sunda seperti kendang, suling, dan gamelan. Musik dalam pertunjukan Reak tidak hanya berfungsi sebagai pengiring tarian, tetapi juga membangun suasana dan menghidupkan cerita yang ingin disampaikan. 

Irama musik yang dinamis dan penuh semangat menjadi ciri khas yang membuat penonton terhanyut dalam alunan nada dan ritme yang disuguhkan. Tari-tarian dalam seni Benjang juga memiliki keunikan tersendiri. Penari Reak sering kali menggunakan kostum yang mencolok dan berwarna-warni, dengan aksesori tambahan seperti topeng dan hiasan kepala. 

Gerakan tarian yang enerjik dan terkadang dramatis, menggambarkan berbagai cerita rakyat, legenda, dan mitos yang hidup dalam masyarakat Sunda. Setiap gerakan memiliki makna tersendiri, mencerminkan nilai-nilai kehidupan, keberanian, dan kebijaksanaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kesenian bebenjangan sendiri berasal dari Jawa Barat, Indonesia. 

Nama 'bebenjangan' diambil dari kata 'benjang', yang berarti "menari" atau "bergerak" dalam bahasa Sunda. Secara historis, bebenjangan adalah bentuk seni pertunjukan yang berasal dari tradisi masyarakat agraris Sunda yang sangat erat kaitannya dengan kegiatan ritual dan keagamaan. 

Bebenjangan pertama kali muncul sebagai bagian dari upacara adat masyarakat agraris yang sedang merayakan panen atau dalam perayaan-perayaan adat lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun