Mohon tunggu...
Ian Deviers
Ian Deviers Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa

Salutem plurimam dicit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Sikap Damai

15 Maret 2024   20:58 Diperbarui: 18 Maret 2024   21:04 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekstremisme dan intoleransi mengakibatkan kekerasan. Ekstremisme tampak dari sikap permusuhan. Permusuhan menjadi penyebab awal hancurnya nilai-nilai kemanusiaan. Permusuhan hanya dapat diperbaiki dengan patuh pada nilai-nilai moral dan ajaran agama yang benar. 

Manusia harus berpegang pada kebenaran agar mampu mengalahkan kecenderungan individualistis, egois, saling bertentangan, dan mengatasi radikalisme dan ekstremisme buta dalam segala bentuk dan ungkapannya. Manusia harus hidup dalam nilai-nilai saling pengertian dan hidup secara harmonis untuk membangun kembali keadilan dan kasih.

Perang dalam pelbagai bentuknya mengganggu eksistensi hidup manusia. Permusuhan dan kebencian hanya dapat diselesaikan dengan pendasaran hidup atas Injil. Melalui Injil, martabat manusia dipulihkan Allah. Manusia memperoleh keselamatan melalui Yesus lewat peristiwa hidup, wafat, dan kebangkitan-Nya. Yesus menjadi tanda perdamaian antara Allah dan manusia. 

Yesus memerintahkan pengikut-Nya agar hidup dalam damai.  Hidup damai bukan sekadar tanpa perang atau perpecahan. Kedamaian adalah usaha bersama secara komunal untuk menata hidup komunitas dalam doa dan perlawanan kejahatan. Kekerasan hanya dapat dikalahkan dengan damai yang berasal dari Allah.

Gereja berorientasi pada cinta Allah. Yesus membangun komunitas dengan para rasul-Nya sebagai tanda hadirnya Kerajaan Allah. Ia memberikan pengajaran bagi para murid agar memperoleh kedewasaan rohani dalam Kerajaan Allah. Cinta Allah dalam perjanjian lama ditunjukkan dengan memanggil manusia menjadi umat-Nya. 

Dalam perjanjian baru,  cinta Allah ditampakkan secara menyeluruh dalam diri Yesus Kristus. Seluruh hidup dan karya-Nya memancarkan kasih Allah Tritunggal. Kasih itu diwujudkan dalam persekutuan dengan para rasul sebagai suatu komunitas cinta. Cinta Tuhan dilambangkan dengan sungai yang membawa kehidupan kepada setiap alirannya. Gereja menunjukkan bahwa keadilan dan cinta kasih adalah pembentuk hidup gereja.

Perdamaian menjadi hal fundamental dalam kehidupan manusia. Gereja telah melibatkan diri dalam pembangunan dunia yang damai dengan pembentukan Komisi Keadilan dan Perdamaian. Gereja hadir untuk menyuarakan nilai kebenaran dan keadilan. Gereja mengupayakan dialog lintas agama, suku, dan budaya. Gereja merangkul semua pihak untuk bersama membangun Kerajaan Allah di dunia dalam kedamaian. Gereja membela hak dan martabat semua manusia, membangun budaya damai, dan mengasihi semua orang tanpa batas.

Gereja sendiri berperan untuk membawa damai Kristus dalam setiap situasi hidup manusia. Permusuhan dan kebencian hanya dapat dikalahkan dengan sikap saling mengasihi. Allah mengasihi manusia tanpa batas sehingga manusia pun harus mampu mengasihi semua orang tanpa batas. Multikulturalisme dan pluralisme menjadi tantangan yang berat dalam mewujudkan kasih tersebut. Setiap orang harus mampu mengasihi siapapun tanpa memandang suku, agama, ras, dan budaya. Hidup dalam kasih universal menciptakan hidup manusia yang damai, rukun dan tenteram.

Perdamaian adalah hasil implementasi hukum kasih. Hidup berlandaskan kasih membangun komunitas damai. Perdamaian memungkinkan tercipta satu persaudaraan universal tanpa kekerasan dan permusuhan. Persaudaraan universal membentuk dunia yang manusiawi yakni kediaman yang aman, tenteram, adil, dan damai. 

Hidup dalam kasih meretas sekat penghalang hubungan manusia. Kasih melampaui suku, ras, agama, atau budaya. Perdamaian itu melahirkan dunia yang berwajah manusiawi dan kristiani. Perdamaian membebaskan manusia dari segala penderitaan. Damai melepaskan ketakutan dan kegelisahan. Kedamaian melepaskan segala bentuk hidup eksklusif dan membangun jembatan hidup bersama atas dasar kasih Allah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun