Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Author

Hidup adalah perpaduan cinta, tawa, dan luka. Menulis menjadi cara terbaik untuk merangkai ketiganya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Blugo, Nasi, dan Identitas yang Terjajah

14 Juni 2025   11:59 Diperbarui: 14 Juni 2025   12:13 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi bersama  Hendri Muhammad  public relation and liaison officer YIARI (Sumber:TPOM/Anna Desliani)

Pada suatu sore yang biasa saja, 3 Juni 2025, saya mendengar kalimat yang luar biasa.

"Kita tidak akan pernah bisa berdaulat selama perut kita dijajah." 

Jangan dikira ini kutipan dari seminar geopolitik yang digelar di Tokyo. Bukan. Ini diucapkan sambil nyocol mangga ke cabe garam, pakai tusuk gigi. 

Begini ceritanya. Kami sedang diskusi tentang konservasi, budaya, dan persiapan riset untuk The Power of Mama (TPOM), sebuah program pemberdayaan perempuan di pesisir Ketapang oleh Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI). 

Tapi, seperti biasa, pembicaraan orang Indonesia: mulai dari nyocol mangga, tahu-tahu sudah nyasar ke nasionalisme. 

Dan ya, mangga itu penting. Karena dari sanalah semuanya bermula. 

Sopan Santun Adalah Tusuk Gigi Sosial 

Bang Hendri Muhammad, public relation and liaison officer YIARI, narasumber kami yang jenaka sekaligus filosofis, bilang, "Saya tidak mungkin membagi kawan-kawan dengan tangan kosong. Maka alat ini, tusuk gigi, adalah adaptasi."

Dari situ saya mulai merenung (sambil tetap nyocol mangga). Ternyata tusuk gigi bukan sekadar alat dapur. Ia simbol peradaban. Representasi sopan santun dalam bentuk kayu tajam nan mungil. 

Semacam 'peace agreement' antar lidah yang berbeda kultur.

Kata Bang Hendri, sopan santun itu bukan kebaikan murni. Ia semacam 'kepura-puraan kolektif' agar kita bisa makan rame-rame tanpa saling jijik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun