Mohon tunggu...
I GedeNurAdi
I GedeNurAdi Mohon Tunggu... MAHASISWA

MAHASISWA UNDIKSHA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Hari Raya Galungan Dan Kuningan

24 Juni 2022   11:10 Diperbarui: 24 Juni 2022   11:20 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hari Raya Galungan dirayakan pada hari Budha Kliwon Dungulan sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Berdasarkan informasi resmi dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Hari Raya Galungan yang merupakan hari raya besar bagi Umat Hindu diperingati setiap 210 hari berdasarkan perhitungan pawukon yakni jatuh pada hari Rabu pancawara Kliwon, wuku Dungulan. Makna dari Hari Raya Galungan yaitu dalam rangka memperingati kemenangan Dharma melawan Adharma. Selain itu Hari Raya Galungan juga dapat berarti atau bermakna sebuah bentuk keheningan atas kemakmuran dan kesejahteraan yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) dan dapat juga berarti tangga menuju kehidupan yang lebih bersih. Harapannya pada perayaan Hari Raya Galungan ini, pikiran yang suci dan bersih dapat menghilangkan semua pengaruh yang membawa dampak negatif pada kehidupa umat Hindu Di Bali.

Dalam perayaan Hari Raya Galungan, Umat Hindu di Bali merayakan hari suci ini dengan semarak, mulai dari umat Hindu pria dan Wanita baik orang dewasa, anak kecil, hingga orang lanjut usia, yang di mana di hari h mereka semua akan pergi sembahyang di merajan atau pura dengan mengenakan baju adat berupa kebaya yang didominasi warna putih dan kuning.

Sebelum hari raya Galungan dan Kuningan yang lalu, kami mengadakan upacara Sugihan di Jawa hanya satu minggu sebelum perayaan Galungan. Umat Hindu biasanya melakukan upacara Sugihan di Jawa. Ritual yang satu ini dimaknai sebagai penyucian alami dan fisik di luar tubuh manusia. Pada umumnya umat Hindu banyak yang membersihkan pura desa dan rumahnya. Yang kedua adalah membuat kue dan menghias halaman rumah, karena tiga hari sebelum perayaan Galungan dan Kuningan dimulai. Umat Hindu membuat berbagai macam kue. Kemudian, dua hari sebelum perayaan, umat Hindu Bali mulai bersiap menghias rumah mereka dengan penjo di halaman. Selain itu, hiasan penjo biasanya berupa hasil bumi seperti buah-buahan.

Setelah hari raya Galungan berlalu maka umat Hindu akan melewati beberapa hari keagaman serangkaian dari hari raya Galungan menuju hari raya Kuningan. Setelah hari Umanis Galungan yang jatuh pada Kamis Umanis Wuku Dungulan maka hari keagamaan selanjutnya adalah hari Pemaridan Guru yang jatuh pada Sabtu Pon Wuku Dungulan, dimana pada hari ini umat Hindu nyurud/ngelungsur waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa Guru. Pada Minggu Wage Wuku Kuningan dirayakan sebagai hari Ulihan yang bermakna bahwa pada hari itu para dewata dewati serta leluhur kembali ke kahyangan dengan meninggalkan berkat dan anugrah kepada kita. Hari selanjutnya yakni Pemacekan Agung yang merupakan simbol dari keteguhan iman umat manusia atas segala godaan selama perayaan hari raya Galungan. Kemudian 10 hari dari hari raya Galungan diperingatai sebagai hari raya kuningan

Setelah hari Raya Galungan. Umat Hindu juga merayakan hari Raya Kuningan 10 hari setelah Galungan tepatnya pada hari Saniscara Kliwon Kuningan. Di hari Raya Kuningan ini kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus bisa berintropeksi dan berjanji untuk menjadikan diri kita lebih baik dan juga bisa mengalahkan sifat Adharma yang ada pada diri kita, Svaha. Semoga di hari Raya Galungan dan Kuningan ini kita senantiasa dberikan kebaikan dan kesejahteraan dari segala penjuru dalam menggapai keinginan mulia dan dapat mengalahkan sifat-sifat Adharma yang ada pada diri kita. Svaha.

                                                               

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun