Pangkalpinang - Dr. Asyraf Suryadin, M.Pd Kepala DP3ACSKB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tak bosan-bosan mengingatkan masyarakat agar tidak melakukan perkawinan anak. Pasalnya perkawinan anak membawa dampak kurang baik bagi anak dan bagi generasi penerus.
"Harus ada edukasi kepada masyarakat. Adanya pendidikan yang semakin maju, akan mengurangi angka perkawinan anak tersebut," jelasnya saat Dialog Interaktif bertajuk "Membangun Keluarga Berkualitas pada Usia Ideal" di RRI, Jumat (8/10/2021).
Tak kalah penting untuk memberikan edukasi kepada orang tua. Ia menambahkan, pesan ini juga bisa disampaikan oleh tokoh agama saat berdakwah. Selain itu, masyarakat hendaknya jangan menjadikan artis sebagai model dalam menjalani kehidupan.
Asyraf bangga sebab sekarang ini sudah ada trend masyarakat Bangka Belitung untuk menyekolahkan anaknya. Ia mencontohkan, sudah banyak remaja dari daerah di sekitar Bangka Belitung menjadi mahasiswa di universitas negeri maupun swasta di Bangka Belitung.
Saat menyinggung mengenai perkawinan anak yang sudah terjadi, Asyraf menyarankan agar anak tersebut tetap mendapatkan perhatian. Namun ke depan harus ada persamaan persepsi, bahwa perkawinan anak berdampak tidak baik berisiko tinggi.
"Selain faktor pendidikan, terjadinya perkawinan anak ini juga bisa dikarenakan faktor ekonomi," kata Asyraf.
Hal senada disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Fajar Supriyadi Sentosa, SH. Ia menekankan, pendidikan dan faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap terjadinya perkawinan anak.
Untuk itu, masyarakat harus mengetahui dampak buruk perkawinan anak. Ia memaparkan, akibat perkawinan anak bisa menciptakan generasi stunting, kematian ibu saat melahirkan akibat terjadi pendarahan.
"Orang tua harus memberikan pendidikan kepada anak. Jika tidak mampu, jangan melemahkan semangat anak untuk bersekolah. Walau pendidikan orang tua rendah, tapi pendidikan anak harus tinggi," tegas.
Sementara saat menjawab pertanyaan Amin, warga Sungailiat mengenai pengaruh kegiatan sosialisasi terhadap perkawinan anak, Asyraf Kepala DP3ACSKB mengatakan, sosialisasi ini tidak seperti membangun gedung. Setelah dibangun langsung kelihatan hasilnya.
"Semua ini berproses, setahun kemudian baru kita bisa melihat data statistiknya. Semoga angka perkawinan anak di tahun depan menurunkan," jelasnya.