Mohon tunggu...
Mister Hussein
Mister Hussein Mohon Tunggu... -

Akademisi dan peneliti di bidang bisnis dan manajemen. Mengabdi di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Malang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berdamai dengan Gempa

13 Juni 2011   09:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:33 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_113758" align="aligncenter" width="599" caption="Walikota Christhcurch (Dok:stuff.co.nz)"][/caption] Mengalami bencana khususnya bencana alam pasti bukan suatu pengalaman yang baik bagi semua orang. Begitu pula dengan saya. Seumur hidup sampai sekitar setahun yang lalu, hidup saya khususnya di tanah Jawa begitu damai dan tentram. Walaupun kadang kala mendengar adanya bencana tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus atau pun banjir semua tersebut bukan merupakan pengalaman pribadi. Sehingga paling tidak saya cuma ikut prihatin dan ikut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh para korban tanpa pernah membayangkan bagaimana seram dan ngeri nya bencana alam. Sudah hampir dua tahun saya berdiam di Selandia Baru. Suatu negara yang hampir berada di ujung selatan belahan bumi. Saya ingat sebelum saya berangkat sekolah ke Selandia Baru, seorang kolega saya sambil bercanda mengatakan hati-hati dengan tsunami. Sekali kena tsunami hilang lah tanah Selandia Baru. Saya cuma tersenyum sambil berpikir kalau kolega saya itu kebanyakan nonton film Holywood macam "the day after tomorrow" atau "2012". Walaupun saya tahu bahwa selandia Baru merupakan suatu negara pulau yang kecil dan berada di tengah samudra, saya tidak pernah terpikir bahwa bencara alam akan menghampiri saya. Baik itu tsunami, gempa bumi, banjir ataupun tanah longsor. okelah jika tanah longsor mengingat Selandia Baru alam nya bergunung dan berbukit. Tapi saya bersekolah di kota. Bukan di pegunungan. Sehingga jauh rasanya akan bencana tersebut. Begitu pula gempa dan tsunami. Dalam sejarahnya hampir 80 tahun yang lalu Selandia Baru terkena gempa. Beda dengan Indonesia khususnya Padang yang hampir setiap tahun ada gempa yang menyapa. Jadi saya tidak pernah terpikir akan merasakan bencana alam di selandia baru. Semua berubah setelah September 2010. Pagi hari ketika saya dan sebagian saudara Muslim ingin bersahur, tiba-tiba datanglah tamu tak diundang tersebut. Dengan kekuatan 7.1 SR tamu tersebut menghantam Christchurch dan sekitar nya. Pada saat itu episentrum nya adalah disekitar Darfield, +/- 70km dari Kota Christchurch. tetapi dengan kekuatan sebesar itu dan kedalaman yang tidak terlalu dalam getarannya terasa hingga di lincoln yang jarak nya sekitar 40km dari Darfield. Setelah gempa tersebut, kedamaian berubah di Selandia Baru khususnya di Christchurch dan sekitarnya. Satu bulan setelah "big bang" tersebut hampir setiap hari terjadi gempa susulan dengan kekuatan bervariasi antara 3 sampai 5SR. Setalah hampir 3 bulan frekuensi sedikit berkurang. Tetapi tetap saja dalam seminggu paling tidak ada gempa kecil dengan kekuatan 3-4SR. Hingga sekitar awal tahun 2011 ini, kami sudah terbiasa dengan gempa-gempa kecil. Jika pada awal nya bergoyang sedikit sudah menyebabkan kami semburat tak karuan. Tapi kami sudah berdamai dengan gempa tersebut. Walaupun terjadi gempa dengan skala 4-5SR kami cuma terdiam sebentar dan kemudian kembali melanjutkan aktivitas. Tetapi ternyata gempa tidak bisa diajak berdamai. Sekitar akhir februari yang lalu gempa dengan kekuatan besar (6,1 SR) kembali mengunjungi christhcurch. Kali ini episentrum nya bergeser ke daerah pelabuhan Lyttelton. tidak main-main gempa ini meluluh lantakkan Kota Christhcurch. hampir 70% daerah pusat Kota hancur. Cathedral square landmark kota Christchurch yang terseohor itu pun dibuat ambruk oleh gempa tersebut. Kehidupan menjadi kacau. Banyak terjadi perpindahan penduduk. Toko-toko banyak yang tutup. Hingga sekarang pun kehidupan masih belum sepenuhnya normal. Dalam bayangan saya, cukup lah dua gempa besar menggoyang Christchurch. Semoga tidak ada lagi. tetapi apa dikata. Setelah gempa februari tersebut masih banyak gempa-gempa dengan skala 3-5 SR. Salah satu fenomenanya adalah fenomena Moonman. fenomena ini didasari oleh ramalan seorang dukun Maori yang mengatakan bahwa pada 20 Maret yang lalu akan terjadi gempa besar. Banyak orang yang percaya. Bagi yang percaya sebelum tanggal tersebut sudah beramai-ramai eksodus. Bagi kami dan kawan-kawan indonesia lainnya hanya tersenyum mendengar ramalan seperti itu. Akan tetapi tidak diduga atas kekuasaan Allah SWT pada 20 Maret yang lalu sore hari kembali gempa dengan kekuatan sekitar 4SR menggoyang christchurch. Setelah Bulan maret 2011, frekuensi gempa mulai berkurang. Kami sudah mulai berpikir jika mungkin lempengan bumi / tanah selandia baru sudah stabil, sehingga gempa tidak terjadi lagi. Tetapi sekitar seminggu yang lalu goyangan mulai terjadi kembali. Dimulai dengan sekitar dua kali gempa berkekuatan 4++ SR di daerah rolleston. kemudian setelah itu hampir setiap hari ada saya gempa gempa kecil dirasakan. Puncak nya adalah hari ini. Lagi enak-enak nya saya menulis thesis, sekitar pukul 13.00 office saya bergoyang cukup keras. Biasanya, kami penghuni office hanya saling pandang dan tersenyum. Tetapi siang ini, setelah senyuman di kembangkan ternyata goyangan masih terjadi. Dirasa-rasa malah semakin kuat goyangannya. Maka kami semburat tidak karuan mencoba keluar dari office. Setelah goyangan berhenti, kami masuk kembali ke dalam office. Tetapi perasaan saya tidak nyaman. Karena istri dan anak berada dirumah. Maka saya memutuskan untuk kembali kerumah. Sampai dirumah saya mencoba mencari tahu kekuatan gempa dan episentrumnya. Setelah browsing sana sini dan ngobrol dengan istri, tiba-tiba bumi kembali bergoyang. Kali ini goyangannya agak sedikit aneh. Tanpa bunyi keras, tetapi serasa berputar. Biasanya goyangannya hanya ke kiri dan ke kanan, tetapi siang ini saya merasakan seperti berputar-putar. Beberapa detik saya dan istri hanya termenung menunggu gempa selesai. Tetapi tidak kunjung selesai. Saya segera menyuruh istri menggendong anak kami sedangkan saya mencari kunci mobil dan berusaha membuka pintu. Setelah pintu berhasil dibuka gempa berhenti. Berarti goyangan tersebut sekitar 10-15 detik. Cukup lama dan mengerikan. Seperti dalam tulisan saya sebelumnya untuk dua gempa kali ini tidak terjadi kerusakan parah. Tetapi  sekitar 46 orang dilkaporkan terluka (radio new zealand). Selain itu banyak rumah yang kehilangan pasokan listrik dan air bersih dan dibeberapa titik muncul liquefaction. Kampus-kampus kembali diliburkan sementara karena harus memeriksa kondisi gedung. Kasian beberapa kawan yang study di University Canterbury. Mereka baru saja diijinkan untuk kembali ke lab/office masing-masing setelah gempa 22 Februari. Tetapi dengan gempa hari ini mereka terancam untuk tidak bisa kembali ke lab. Sebagai orang yang beriman saya dan teman-teman WNI meyakini bahwa ini adalah cobaan. Kami harus sabar menghadapinya. Kami harus selalu waspada dan siaga. Oleh karenanya terima kasih banyak atas dukungan dan perhatian dari saudara-saudara semua di Indonesia. Menarik untuk dibaca: http://sosbud.kompasiana.com/2011/05/19/mari-menyikapi-gempa-dengan-bijak/

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun