Lebaran selalu identik dengan tawa, silaturahmi, dan tentu saja... makanan! Mulai dari opor ayam, ketupat, kue kering, sampai kacang goreng. Semua disantap tanpa ampun. Tapi siapa sangka, justru dari makanan ringan seperti kacang goreng, aku mengalami kejadian yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.
Hari kedua Lebaran, aku bangun tidur dengan rasa aneh di rahang bagian bawah. Nyeri, tapi hanya terasa saat ditekan atau membuka mulut lebar. Aku sempat bercanda dengan keluarga, "mungkin gara-gara kebanyakan ngunyah kacang nih." Tapi siangnya, pipiku mulai membengkak. Dan besoknya, bengkaknya makin jelas terlihat, sampai ke bagian bawah telinga. Aku mulai panik.
Masalahnya, hari itu masih hari libur. Klinik tutup, puskesmas kosong, dan aku nggak punya akses langsung ke dokter. Pikiran mulai ke mana-mana. Apakah ini infeksi serius? Apakah harus ke UGD? Atau cuma pembengkakan ringan?
Di tengah kepanikan, aku teringat pernah menggunakan layanan Alo Dok---platform konsultasi dokter online. Segera kubuka aplikasinya dan mulai berkonsultasi lewat chat.Â
Dokternya cepat merespons. Aku menceritakan gejala, mengirimkan foto pipi yang bengkak, dan menjelaskan riwayat kesehatan singkat. Tak lama, dokter menjawab: kemungkinan besar aku terkena gondongan.
Apa itu Gondongan?
Dalam istilah medis, gondongan disebut parotitis, yaitu peradangan pada kelenjar parotis (kelenjar ludah besar yang berada di bawah telinga). Gejalanya berupa bengkak di pipi, nyeri saat mengunyah, dan terkadang disertai demam ringan. Penyebabnya bisa karena virus (seperti pada gondongan klasik yang menular) atau karena sumbatan atau infeksi pada kelenjar ludah.
Kata dokter, dalam kasusku lebih condong ke sialadenitis---infeksi pada kelenjar air liur. Dan ternyata, anakku sempat mengalami gondongan juga beberapa minggu sebelumnya, jadi bisa jadi ini efek penularan ringan yang baru muncul.
Solusi dari Genggaman Tangan
Lewat chat dengan dokter, aku diberi saran untuk mengompres hangat, banyak minum air, hindari makanan asam dan pedas, serta menebus resep obat antiinflamasi. Semuanya bisa langsung dilakukan dari rumah. Bahkan obatnya pun bisa diantar langsung.
Dalam waktu dua hari, bengkaknya mulai mereda. Aku bersyukur karena mengambil langkah cepat. Bayangkan kalau aku mengabaikannya, atau malah panik tanpa arah.
Refleksi: Jangan Remehkan Sakit Kecil, dan Jangan Panik Dulu
Dari pengalaman ini, aku belajar dua hal penting. Pertama, jangan sepelekan gejala yang muncul, apalagi kalau disertai bengkak atau nyeri. Kedua, jangan panik dulu. Di era digital ini, kita bisa mendapat bantuan medis lewat konsultasi online. Cepat, praktis, dan bisa menyelamatkan kita dari kepanikan berlebihan.