Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadikan Keluarga sebagai Tempat Wisata Terindah

29 Juni 2011   06:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:05 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Rumahku adalah surgaku” begitulah ungkapan yang sering kita dengar dan bahkan sering ditulis di striker-striker yang dijual di pinggiran jalan. Maknanya sangat mendalam, bukan hanya sekedar untaian kata-kata indah semata tetapi di sana mengandung harapan dan cita-cita seseorang tentang sebuah rumah yang didam-idamkan.

Rumah merupakan bangunan kecil yang dihuni oleh sebuah komunitas kecil yang terdiri dari Ayah, Ibu dan anak-anak, atau (mungkin) ada kerabat dekat lain, yang kemudian disebut keluarga. Apakah sebuah rumah itu dapat dikatakan sebagai surga atau tidak sangat tergantung pada penghuni-penghuni di dalamnya.

Tentu saja yang dimaksud rumah sebagai surga bukanlah rumah mewah dengan segala perabot yang mewah-mewah pula. Belum tentu rumah mewah dengan pagar tinggi bisa menjamin sebagai tempat yang menyenangkan seperti sebuah surga. Sebab, seringkali kita dapati (atau bahkan sudah dibuat dalam film atau sinetron), betapa sebuah rumah yang mewah tidak menjanjikan sebuah kedamaian bagi keluarga. Sehingga tidak heran bila kemudian muncul juga ungkapan: “Rumahku adalah neraka bagi diriku”.


Karena itu rumah syurga bukanlah dilihat dari mewah atau tidaknya. Rumah yang sederhana atau bahkan paling sederhana atau gubuk sekalipun bila di dalam rumah selalu ada kedamaian maka itu akan menjadi syurga bagi penghuninya. Tetapi paling indah lagi bila rumah mewah dan kemudian di sana pun penuh dengan kedamaian. Saya kira, yang seperti inilah yang paling nikmat senikmat-nikmat hidup di dunia fana ini.

Agar sebuah rumah itu dapat dirasakan sebagai sebuah tempat paling menyenangkan adalah dengan cara seluruh anggota keluarga saling menghormati dan menghargai antara satu dengan yang lainnya. Menumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai ini tidak terlepas dari saling pengertian dan memahami antara anggota keluarga. Bila ini tidak bisa berjalan secara baik maka dapat dipastikan sulit menciptakan sebuah keluarga yang damai dan harmonis (dalam konsep Islam dikenal sebagai sakinah wa rahmah). Paling kurang, salah seorang dari anggota keluarga pasti tidak akan merasa aman.

Menciptakan sebuah keluarga yang indah harus diakui tidak semudah membalik telapak tangan. Meskipun pada awalnya dapat berjalan dengan lancar namun pada saat-saat tertentu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satu penyebab munculnya persoalan ini tidak terlepas dari kebutuhan-kebutuhan hidup. Apakah kebutuhan itu bersifat lahiriah maupun batiniah. Betapa banyak keluarga yang hancur disebabkan karena seorang ayah tidak peduli lagi dengan keluarganya karena alasan yang sangat klise. Begitu pula betapa banyak keluarga yang berantakan karena seorang ibu yang tidak mau memperhatikan keluarga lagi, karena alasan-alasan yang sangat klise pula. Betapa banyak karena orang tua kekacauan orang tua yang membuat anak-anaknya terlantar bagai anak ayam yang kehilangan induknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun