Selama saya memperhatikan dan bergaul dengan teman saya itu. Banyak hal yang beda dengan mahasiswa biasa.
Pertama, kedisiplinan. Anggota Menwa lebih disiplin dibandingkan dengan mahasiswa kebanyakan. Tentu ini hasil didikan militer. Menurut cerita teman saya, makan, tidur, mandi bahkan cara pegang handuk saja punya cara pegang sendiri saat mau pergi mandi. Hasilnya, kedisiplinan terlihat dan terasa dari teman saya satu kost itu.
Kedua, rasa kesetiakawanan. Begitu pula dengan rasa kesetiakawanan. Terus terang teman-teman menwa bisa diandalkan. Jangan minta duit, tetapi kalau menolong, mereka memiliki empati cukup tinggi juga. Paling kurang yang saya rasakan, kalau lapar tengah malam. Bila kita ajak teman lain, belum tentu mau menemani kita beli nasi atau makanan atau mau jajanan tengah malam. Ajaklah mereka yang sudah jadi menwa. Kemungkinan mau membantu lebih besar dibandingkan dengan teman lain dalam satu kost.
Ketiga, Keberanian. Tentu saja kalau tidak berani tidak usah jadi menwa. Saya pernah melihat di daerah kamp meliter di Mata Ie Aceh. Sebelum memasuki daerah itu ada tulisan. “Kalau Ragu-Ragu, Silakan Pulang”.
Keempat, cinta tanah air. Bukan berarti yang bukan menwa tidak cinta tanah air. Tetapi sebagai wujud rasa cinta tanah air sebagaimana hasil didikan tentara, mereka pasti tanpa ragu-ragu siap diterjunkan ke Medan Perang bila ada musuh yang menyerang.
Kelima, tanggungjawab. Sebagai seorang menwa rasa tanggungjawab lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Hal ini dapat dilihat ketika ada acara-acara di kampus. Mereka pasti menjalankan perintah dengan sunguh hati. Terutama dalam hal pengamanan.
Keenam, kepemimpinan. Kelihatan jiwa kepemimpinan. Rata-rata mereka yang di Menwa memiliki jiwa kepemimpinan itu. Lihatlah saat mereka bertugas di kampus. Mereka bisa mengatur mahasiswa-mahasiswa lain untuk mengantri misalnya. Mampu mengarahkan teman-teman sebaya bukan persoalan mudah bila mereka tidak memiliki jiwa kepemimpinan.
Ketujuh, Gagah. Mengenai kegagahan kelihatan bukan dibuat-buat. Meskipun tidak sedang mengenakan baret ungu. Apalagi saat mengenakan pakaian dinas lengkap dengan baret ungu dan sepatu tentera.
Saya yakin masih banyak hal-hal positif yang terdapat pada seorang menwa. Bahkan setelah menjadi mahasiswa pun mereka ini masih tetap memiliki jiwa kepatriotik.
Tadi pagi, saat berpapasan dengan mahasiswa yang pakai baret ungu itu berucap: “Pak, maaf Pak. Pelan-pelan ya. Banyak mahasiswa baru…”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI