SAAT ini, selain berita masalah kenaikan BBM, pembagian BLSM, ketidakmenentuan ongkos angkutan umum, juga yang tak kalah serunya adalah berita kebakaran hutan di pulau sumtera, terutama di daerah Riau dan sekitarnya. Pada awalnya berita itu dianggap biasa-biasa saja, tetapi kemudian menjadi berita hangat ketika akibat kebakaran hutan tersebut menghasilkan asap yang luar biasa banyaknya hingga menyelimuti negara tetangga (baca= negara paling dekat dengan kita, karena mereka tidak merasa bertetangga dengan bangsa Indonesia), yaitu Singapura dan Malaysia. Karena asap begitu tebal di negara mereka hingga mengganggu aktivitas mereka maka dengan serta merta pimpinan mereka mengajukan protes keras kepada pemerintah Indonesia. Konon, mereka mengancam akan membawa masalah ini kedalam pertemuan asean. Bahkan secara tersirat menganggap pemerintah Indonesia tidak sanggup atau tidak mampu mengatasi masalah asap tersebut.
Karena protes tersebut lalu Presiden RI, Bapak Sosilo Bambang Yudhoyono, juga dengan serta merta menyampaikan pernyataan Pers menanggapi masalah kabut asap tersebut. Bahkan sampai-sampai Bapak Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintah memohon maaf kepada kedua negara terdekat itu atas apa yang menimpa mereka akibat asap yang dari Indonesia. Dalam pernyataan tersebut, ada sesuatu keanehan, dimana Bapak Presiden mengkritik bawahannya sendiri yang telah terlebih dahulu menyampaikan statement yang berbeda dengan yang di sampaikan presiden. Secara blak-blakan presiden di depan rakyatnya sendiri menegur para menteri/atau pejabat negara, yang notabenenya adalah pembantunya sendiri.
Pada hakikatnya, masalah yang timbul akibat asap yang muncul kebakaran hutan bukan hanya warga negara terdekat Indonesia saja yang menerima akibatnya. Bahkan warga negera Indonesia sendiri, yaitu warga riau, dumai dan sekitarnya juga tidak kalah tersiksa dengan kabut asap yang berkeliaran itu. Semestinya Bapak Presiden, juga meminta maaf pada rakyatnya sendiri. Namun yang muncul adalah kritik keras kepada menteri, yang menurut saya para menteri itu sedang membela kehormatan bangsanya atas rongrongan negara terdekat itu. Konon dimana, negara-negara tersebut, pada hakikatnya melalui investor mereka berkontribusi dalam kebakaran hutan Indonesia. Malah menurut berita ada 8 perusahaan Singapura dan Malaysia, harus bertanggung jawab terhadap kebakaran hutan Indonesia.
Akibat kebakaran hutan itu, yang menjadi sangat aneh juga adalah Bapak Presiden seperti kebakaran jenggot atau merasa bersalah sendiri. Seolah-olah bangsa Indonesialah yang lalai atau tidak mampu mengelola hutannya. Meskipun, itu ada benarnya juga, tetapi perlu diinventarisasi terlebih dahulu, apakah memang rakyat Indonesia dalam hal ini rakyat Riau saja yang melakukan pembakaran hutan itu? Padahal, seperti yang kita sebutkan tadi, bukan hanya orang Indonesia saja, tetapi juga ada perusahaan-perusahaan dari negara mereka.
Melihat fakta itu, semestinya bapak Presiden tidak serta merta kebakaran jenggot seperti itu, atau merasa bersalah  dan merasa tidak mampu mengelola sendiri hutannya. Saya kira ada cara lain yang lebih bisa dilakukan dan disampaikan kepada negara-negara yang terganggu dengan kabut asap Indonesia.
Tetapi semuanya telah terjadi, mudah-mudahan ini menjadi pelajaran bagi semuanya. Semoga kedepan, kalau sudah terbakar hutan jangan sampai terbakar jenggot juga. Sehingga jangan terjadi, sudah hutan gundul terbakar habis lalu jenggot juga terbakar begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H