Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Mudik, Siapkan Kendaraan, Jangan Lupa Silaturahmi ke Rumah Mantan!

25 April 2022   18:08 Diperbarui: 25 April 2022   18:31 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebijakan Ganjil Genap akan diterapkan pada arus mudik tahun ini di ruas tol. ( Foto: Kompas)

Mudik adalah sepotong kalimat yang tidak asing, malah sangat akrab, dengan masyarakat Indonesia. Mudik di ambil dari kata udik. Kata mudik sendiri berasal dari kata Udik, yang artinya kampung halaman, desa, tempat lahir kita. Penambahan huruf M adalah sebagai bentuk kata kerja. Dan mudik selanjutnya adalah bentuk kata kerja, kegiatan, pulang kampung.

Bicara pulang kampung, itu karena  tak lepas arus urbanisasi yang disebabkan karena belum meratanya pembangunan (dimasa lampau). Jadi, untuk memperbaiki nasib orang lantas meninggalkan tanah kelahiran untuk pergi ke tanah rantau. Bisa ke luar kota, luar propinsi, atau luar pulau bahkan luar negeri. Tak melulu kota besar yang menjadi tujuan sih. Tergantung perkerjaan yang nanti di kerjakan di tanah rantau. Karena nggak semua orang bisa bekerja di kota besar. Misalnya, kalau dia ahli di bidang pertambangan, tentu dia akan merantau ke wilayah-wilayah yang tersedia lahan tambang.

Sebaliknya, ada pula orang yang keahliannya berdagang, atau kerja kantoran misalnya, tentu dia akan memilih kota besar. Metropolitan macam Surabaya, Jakarta, dan beberapa kota besar lain bisa jadi tujuan.

Lalu kenapa mereka merantau?

Jawabnya sederhana, karena di daerahnya belum tersedia lapangan pekerjaan sesuai keahliannya, atau yang diinginkannya. Sebab, bisa jadi, seperti yang saya sebut di awal, kurang meratanya pembangunan.


Meskipun tak selalu Jakarta jadi tujuan, tapi dari tahun ke tahun menunjukkan, bahwa pemudik dari Jabodetabek pada umumnya, dan Jakarta pada khususnya, meningkat jumlahnya. Sebagai sampel data, saya ambil dari Kompas, tanggal 09 April tahun 2019, dimana saat itu belum ada wabah Covid19, jumlah pemudik dari Jabodetabek mencapai 14,9 juta jiwa! Fantastis kan?

Masih di kutip dari KOMPAS, itu berarti sama dengan 44,1 persen penduduk Jabodetabek.

Untuk tujuan mudik, daerah Jawa tengah masih menjadi pemegang rekor dengan prosentase 37,68 persen. Sedangkan Jawa Barat 24,89 persen, serta Jawa Timur menempati urutan buncit 11,14 persen.

Dengan jumlah sedemikian banyaknya pemudik, tak heran bila jalanan yang menghubungkan Jakarta ke daerah-daerah yang saya tulis diatas sangat padat. Jalur pantura yang dulu menjadi andalan pun jadi langganan macet setiap menjelang Lebaran atau hari-hari besar lain yang memungkinkan warga pendatang DKI Jakarta untuk bisa mudik.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam mengatasi 'kemacetan' jalur pemudik. Mulai dari menyediakan sarana transportasi masal gratis berupa bus dan kapal laut, sampai dengan membangun ruas tol baru, yang kelak, dinamakan Transjawa.

Apakah cukup membantu mengatasi kemacetan?

Hm...relatif. Tapi setidaknya kita bisa belajar dari kasus kemacetan panjang yang terjadi di ruas Tol bRexit yang bahkan menyebabkan beberapa nyawa hilang sia-sia. Ironisnya, mereka meninggal bukan karena kecelakaan lalu lintas, mereka meninggal akibat kelelahan setelah kendaraan yang ditumpanginya terjebak di kemacetan!

Sedangkan dari sumber yang berbeda, pada tahun 2017 sebanyak 742 nyawa berpulang saat mudik lebaran.

Kalau 2016 karena kelelahan, maka angka pada tahun 2017 dengan berbagai sebab, termasuk kecelakaan lalu lintas yang mendominasi.

Sedangkan bersumber dari merdeka.com, per 2018 terjadi kasus kecelakaan sebanyak 1154 kasus.

Angka korban meninggal dunia turun drastis pada musim mudik 2019. Yaitu 64 korban jiwa. Untuk tahun 2020 karena masa pandemi, tidak ada data yang akan saya sebutkan. Absen! Karena peraturan mudik juga makin ketat, dan jumlah pemudik yang 'tidak seberapa' juga.

Pun tahun 2021. Absen dari pembahasan.

Nah, sekarang kita akan menghadapi musim mudik lebaran tahun 2022. Diperkirakan, jumlah pemudik akan melonjak tajam di banding dua tahun sebelumnya. Meskipun ruas tol Transjawa pembangunan sudah rampung sampai dengan Probolinggo, namun bukan berarti pemudik bebas dari baying-bayang kemacetan.

Dengan perkiraan jumlah pemudik belasan juta jiwa, potensi kemacetan masih akan besar kemungkinan terjadi. Sampai disini tentu kita sudah bisa antisipasi, bagaimana kalau seandainya kemacetan masih terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya.

Sedikit tips yang perlu di perhatikan saat mudik apabila Anda menggunakan mobil pribadi.

Pertama, siapkan kendaraan yang akan dipakai untuk mudik. Langkah pertama bisa dengan cara mengganti oli mesin dan transmisi serta oli gardan. Perhtikan juga ban mobil. Ban dengan kembangan tebal dan belum expire sangat dianjurkan untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan. Lalu yang tak kalah penting, periksa rem. Minyak rem, dan kampas rem adalah hal mutlak yang harus di perhatikan. Pendeknya, persiapkan mobil 'sehat' kalau mau mudik aman dan nyaman.

Kedua, kenali rute perjalanan. Siapkan peta digital. Google maps adalah peta digital paling populer. Kalau Anda punya GPS, sepeti Garmin misalnya, boleh juga dibawa sebagai bekal cadangan. Karena tak semua jalur yang Anda lalui bisa mendapakatkan sinya seluler yang masih menjadi syarat untuk mengakses Google Maps.

Ketiga, persiapkan obat-obatan sebagai bekal. Perban, obat merah, adalah benda wajib yang harus ada di Aid kit. Selain itu, obat anti alergi, obat penurun panas, juga obat anti mabuk juga menjadi item yang penting kala mudik lebaran.

Keempat, selama perjalanan, jangan paksakan diri. Seorang pengemudi, lazimnya beristirahat setiap 4 jam perjalanan. Singgahlah di rest are-rest area yang tersebar di sepanjang perjalanan. Walau Anda mengajak serta kawan seperjalanan sebagai pengemudi cadangan, tapi istirahat adalah aktifitas untuk menghilangkan kejenuhan selama perjalanan. Ibarat kata, istirahat 30 menit sampai dengan 1 jam sepeti kita healing sehari dua hari dalam seminggu seteah sepanjang pekan kita berkutat dengan pekerjaan. Hal penting lain yang perlu di perhatikan saat melaju menuju kota tujuan adalah, jaga kecepatan. Berjalanlah wajar, jangan terlalu ngebut. Ingat, nenek moyang kita pelaut, bukan pembalap!

Kelima, sesampai di kampung halaman jangan lupa silaturahmi dengan mantan...Eitt! Yang terakhir ini tak penting!

Selamat mudik lebaran!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun