Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balada si Karin

7 Oktober 2019   02:37 Diperbarui: 7 Oktober 2019   15:05 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber : vectorstock

Bad mood?
Ahh ..tiap hari kan bad mood buat Karin. Hampir tak ada satu hari indah pun dirasakan.
" Hallo? " Suara alan menyeruak lagi.
" Iya, " Karin menjawab kalem. Kini yang kaget malah Alan. Kenapa tiba-tiba Karin kalem.
" Maafin gue ya.." Alan memelas diseberang sana. Karin mengangguk. Tentu saja Alan tidak tahu, dan masih diliputi rasa penasaran.
" Rin..?"
" I..iya, nggak papa. Udah dulu ya, gue mau mandi dulu, " Karin siap-siap menutup telpon.
" wait..tunggu! Kalau kamu nggak keberatan, gue mo ajak loe ngopi, mau?"
" Loe yang bayar kan?" Selama belasan tahun, baru kali ini Karin berusaha tersenyum. Walau tipis banget. Mereka mengakhiri pembicaraan.

" who's talk to you? " Tiba-tiba ada suara di belakang Karin.
" Noone, and not your business!" Ketus Karin.
Karin menutup pintu, ngusir halus.

Perempuan setengah baya itu pergi sambil bergumam, " Like father like daughter."
Hubungan ibu anak itu memang rada kurang bagus. Dan itulah salah satu contoh kejadian yang tidak mengenakkan untuk diceritakan.

Itu belum seberapa, kalu pas berantem mereka benar-benar kayak musuhan. Kayak nggak kenal satu sama lain. Kereka seolah lupa bahwa satu sama lain saling menyayangi.
" Loe tuh mirip banget sama bapak loe! Nggak ada bedanya, brengsek!" Begitu mama Karin setiap kali marah.
" Alahhh! Kalau loe ngerasa nyesel ngelahirin gue, jangan pernah ungkap kejelekan bapak gue yang mantan suami loe itu!!!"
Lihat!

Ahh....dunia ini emang kadang diisi dengan keanehan, keindahan, kekejaman, pokoknya lengkap dengan semua yang pernah kita baca, dengar dan lihat.

Keesokan harinya
Alan sudah duduk manis di sudut kedai kopi. Nunggun Karin. Berharap Karin nggak becanda soal janjinya kemarin. Dan hari ini Alan pengin ngeliat Karin beda. Beda dari biasanya, nggak jutek dan galak lagi.
Sore ini dia pengin lihat sisi lain kehidupan Karin, kalau memungkinkan. Kalau nggak, toh bisa ngopi bareng dan berdamai aja udah cukup buat Alan. Disitulah Alan bisa nunjukin pada mereka bahwa Karin tuh tak seburuk yang mereka sangka.

Semoga...
Dan karin pun datang. Wajahnya tampak ceria. Penampilan kayak biasanya. Kasual. Blue jeans selutut, dengan hanya mengenakan T-shirt bertuliskan Hard Rock Caf Barcelona.
Mulanya Karin hanya diam menatap Alan. Walau masih tetap dingin tapi tampak lebih lembut. Setidaknya pandangan matanya lebih bersahabat. Nggak kayak biasanya
Alan beranjak, " Kamu mau minum apa? Biar aku ambilin."
" Latte, iced ya.."

Karin menghelas nafas sepeniggal Alan. Karin perlu mengatur emosinya. Perlu mengatur gejolak hatinya. Dimatanya, sebenernya Alan adalah sosok yang biasa saja. Yang luar biasa adalah caranya bersikap. Tatapan matanya, caranya melontarkan kata, tidak asal jeplak. Tampak Alan berfikir matang-matang sebelum berucap.
Dan dari cara memperlakukan wanita yang gentle, sebenernya membuat Karin menaruh perhatian tersendiri dibanding teman-teman cowoknya yang lain.

Karin bukannya tak pernah mendengar kisah Alan. Kisah cintanya, segala sepak terjang Alan sebenernya Karin selalu ikuti. Dengan caranya sendiri, yang penuh kepura-puraan. Tak ada seorangpun yang tahu tentang apa yang Karin rasakan terhadap Alan.

Termasuk kejadian kemarin waktu Karin mendamprat Alan, itu hanya kamuflase Karin untuk menutupi apa yang Karin rasakan.

Karin tahu kisah-kisah cinta Alan dari Atiek. Padahal Atiek juga nggak tahu banyak tentang Alan lho. Tapi setidaknya Karin tahu garis besar hidup Alan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun