Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balada si Karin

7 Oktober 2019   02:37 Diperbarui: 7 Oktober 2019   15:05 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber : vectorstock

Kalau bukan cewek, mungkin piring wadah Red Velvet ini pasti sudah melayang. Gggrrrrrrrr....

Beberapa saat lamanya Alan meredam emosi. Sepotong red velvet masuk ke mulutnya. Dia membuang pandang berkeliling. Males ngeliat muka jutek. Rugi. Hilang moodnya, tumpah kopinya, naik pula emosinya.

Ohh...My God, apalagi yang hendak diperbuat monster cantik satu ini.
Lebih baik Alan mengedarkan pandang sekeliling kafe yang dipenuhi makluk-makluk cantik. Mana tahu moodnya timbul lagi.
Tak dipedulikannya Karin yang sedari tadi asyik dengan handphone-nya. Bodo amat, Emak Lampir.

Keesokan harinya Alan ketemu Gio pas abis kuliah. Putra entah kemana, beberapa hari ini nggak nongol, dihubungi susah. Jatuh cinta lagi kali...hehehehe
" kemarin bener-bener apes gua, cuy?" Keluh Alan.
" Apes kenapa?'
" Gua kan lagi on the mood tuh, trus gua pergi ngopi. Tau gak di Kafe ketemu sapa?"
" Karin?"
" Kok tebakan loe bener?"
" hahahahha, loe kan pernah bilang kalau ketemu Karin adalah satu kesialan tersendiri, " Gio mengulurkan permen karet, Alan mencabut satu strip.
" Ahahahahahhah..."

Mereka ngakak. Tanpa mereka sadari sepasang mata memandang nanar, mulut bergetar menahan semacam amarah. Tapi bukan amarah. Wajah itu terdiam tanpa bisa berucap apapun. Hanya diam. Untuk beberapa saat lamanya sampai dua sahabat itu memergoki.

Alan terkesiap. Gio hanya terdiam. Alan nendang ujung kaki Gio.
" Kalian betul, tak ada satupun orang di dunia ini yang merasa beruntung ketemu aku, keberadaanku adalah kesialan kepada setiap orang yang aku temui," Seumur-umur menghuni kampus baru kali ini melihat wajah Karin sedih, airmatanya mengambang di pelupuk. Cewek manis itu menggigit bibirnya, pengin bersandar di satu bahu, tapi entah bahu siapa. Every body need a shoulder to cry on...

Karin tak tahu lagi mesti bagaimana. Sementara Gio malah pergi, membiarkan mereka berdua di taman. Ndak bertanggung jawab pisan tuh bocah..
Sebelum Alan menghampiri Karin, tapi Karin sudah berlari menuju tempat parkir. Sejurus kemudian sebuah Nissan Juke sudah menderu meninggalkan debu tipis menerpa muka Alan yang sedang penuh penyesalan.

" God Damn!!!" Umpatnya.
Ahhh..Gio selalu membuat kacau. Alan merutuk habis-habisan.

Dirumahnya, Karin tertelungkup dengan muka tertutup bantal. Airmatanya jatuh tak terkendali. Sesenggukan. Entah apa yang dirasakan. Tak lama kemudian teleponnya berdering. Tak ada nama si penelepon. Hanya kelihatan nomor telpon saja.
Awalnya di reject. Berdering lagi, di reject lagi, berdering lagi, di reject lagi. Begitu seterusnya sampai Karin akhirnya nyerah dan mengangkat telpon itu.
" Iya, siapa?" Suara Karin dibuat galak lagi. Kembali ke kebiasaan.
" Sorry..." Hanya itu suara di seberang. Tak menyebut nama. Suara yang amat dikenal Karin. Serak dan berat.
" Kamu siapa? Ditanya bukannya jawab!" Hardik Karin.
" Alan."
" Ngapain sih loe nelpon-nelpon, mau nyakitin gue lagi? Apa mau loe?" Entah kenapa Karin pengin menumpahkan segala kekesalan hidupnya pada Alan. Padahal kalau dipikir Alan tidak punya kesalahan yang cukup berat untuk dijadikan alasan pelampiasan amarah. Tapi karena beberapa hari ini hanya Alan yang ditemui, ya udah, gas habis aja. Bodo amat! Itulah egoisnya cewek. Kalau pengin marah ya marah aja sama yang di depannya.
Diseberang sana Alan kebingungan mesti bagaimana.

" Udah, gitu aja?!" dampratan Karin membuat Alan tersadar dari lamunanya.
" Ngg....hhmmm, pokoknya, gue minta maaf ke loe. Karena mungkin hari-hari ini sudah membuat hari loe buruk, " Ucap Alan sekenanya. Tanpa disangka, air mata Karin meleleh lagi. Menyadari bahwa tak seharusnya Alan menerima perlakukan buruk darinya.

Toh selama ini Alan tak pernah membuat masalah, tak pernah rese. Hanya saja mungkin kehadiran Alan diwaktu dan tempat yang nggak tepat. Disaat Karin bad mood.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun