Di tengah hiruk-pikuk pembangunan kota dan meningkatnya permasalahan lingkungan, sebuah gerakan akar rumput di Surabaya terus konsisten menyuarakan pentingnya menjaga kebersihan sungai. Komunitas Peduli Sungai Surabaya (PSS), yang kini telah bertransformasi menjadi Yayasan Peduli Sungai Sejahtera, menjadi salah satu motor penggerak edukasi dan aksi nyata di bidang pelestarian lingkungan hidup, khususnya di kawasan sungai kota Surabaya.
Gerakan ini bermula dari keprihatinan pribadi seorang pengusaha mebel asal Surabaya, Winardi Litanto, terhadap kondisi sungai di sekitar tempat tinggalnya. "Rumah Ko Win itu di kawasan Keputran, dekat Pasar Keputran yang dilintasi Sungai Brantas. Sejak masih sekolah, beliau sudah melihat bagaimana sungai itu menjadi tempat pembuangan sampah," ungkap Nurul, Manajer Eksekutif PSS, saat diwawancarai pada pertengahan Maret 2025.
Latar belakang Winardi yang bukan aktivis lingkungan, melainkan pebisnis, justru menjadi kekuatan tersendiri. Ia menggandeng rekan-rekannya dari berbagai latar belakang, termasuk anak hukum yang kemudian menyusun kerangka kerja awal gerakan PSS. Komunitas ini resmi terbentuk pada tahun 2017 dan mengawali kiprahnya dengan program pemberdayaan masyarakat di bantaran sungai Kapas Madya, Surabaya Utara.
Selama dua tahun, PSS berupaya mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat sekitar sungai agar lebih peduli terhadap lingkungan. "Kami sampai mendapat penghargaan dari Kementerian PUPR sebagai komunitas pecinta sungai terbaik tingkat nasional," kata Nurul.
Transformasi Menjadi Yayasan
Melihat dampak yang semakin luas dan kebutuhan akan legalitas dalam menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, PSS kemudian bertransformasi menjadi yayasan pada tahun 2020. Nama komunitas tetap digunakan dalam kegiatan sosial dan edukasi, sedangkan nama resmi yayasan digunakan dalam ranah formal, seperti kerja sama dengan perusahaan atau lembaga pemerintah.
"Secara sosial, kita masih dikenal sebagai Komunitas Peduli Sungai Surabaya. Tapi secara legal, kita bergerak atas nama Yayasan Peduli Sungai Sejahtera," jelas Nurul.
Program Kerja: Edukasi Sebagai Akar Perubahan
Kini, fokus utama gerakan PSS adalah pada aspek edukasi lingkungan. Melalui program khas "Bijak Nyampah," PSS mengajak masyarakat untuk lebih bertanggung jawab terhadap pola konsumsi dan pengelolaan sampah pribadi.
"Kalau Zero Waste itu kadang terkesan utopis. Kami percaya bahwa selama manusia hidup, akan ada sampah. Jadi solusinya adalah mengelola konsumsi secara bijak," terang Nurul.
Salah satu contoh pendekatan edukasi mereka adalah melalui program Green Heroes, yang ditujukan bagi pelajar SMA dan mahasiswa tahun awal. Peserta dipilih melalui proses seleksi dan mendapatkan pelatihan selama dua bulan yang mencakup materi berpikir kritis, edukasi lingkungan, dan pendampingan untuk merancang proyek sosial.