Mohon tunggu...
Jurnalis Cendekia
Jurnalis Cendekia Mohon Tunggu... Aktivis-Ekonom-Penulis

Cogito Ergo Sum ; Aku berpikir maka aku ada.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Belajar dari Tiongkok: Strategi E-Commerce Berbasis Komunitas untuk Mereduksi Kemiskinan di Wilayah Perdesaan

28 April 2025   02:47 Diperbarui: 28 April 2025   02:47 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: pajak.com)

Oleh: Ahmad Syaifullah

Kemiskinan di wilayah perdesaan Indonesia masih menjadi tantangan besar yang membutuhkan terobosan inovatif. Salah satu solusi potensial yang patut dicermati datang dari Tiongkok, melalui strategi pengembangan e-commerce berbasis komunitas. Electronic Commerce atau e-commerce secara umum dapat diartikan sebagai segala kegiatan jual beli atau transaksi yang dilakukan menggunakan sarana media elektronik (internet). Pengalaman ini bisa menjadi inspirasi penting bagi Indonesia dalam mempercepat pengurangan kemiskinan di wilayah perdesaan ditengah kegiatan ekonomi digital yang semakin mendominasi.

Penelitian terbaru oleh Haoxu Zhang et al., (2025) berjudul "E-commerce Development, Poverty Reduction and Income Growth in Rural China" mengungkapkan bahwa program National Rural E-commerce Comprehensive Demonstration Project (NRECDP) berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan mengurangi tingkat kemiskinan. Program ini mengedepankan kolaborasi antara pemerintah, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta pemberdayaan komunitas lokal. 

Program National Rural E-commerce Comprehensive Demonstration Project (NRECDP) adalah inisiatif nasional pemerintah Tiongkok yang diluncurkan untuk membangun ekosistem e-commerce di wilayah perdesaan. Program ini mencakup pengembangan infrastruktur digital, pelatihan keterampilan e-commerce, pendirian pusat layanan logistik pedesaan, dan promosi produk lokal ke pasar online, dengan tujuan utama meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan mengurangi kemiskinan melalui pemanfaatan teknologi.

Penelitian tersebut mengungkap temuan bahwa program NRECDP yang dipimpin pemerintah terbukti meningkatkan output per kapita pekerja industri primer serta pendapatan disposabel penduduk perdesaan, khususnya di daerah yang tergolong miskin dibawah standar nasional. Intervensi NRECDP tidak hanya mengembangkan infrastruktur jalan dan internet, tetapi juga mempercepat adopsi TIK dan akumulasi modal manusia di wilayah terpencil. Hal ini membuka akses baru bagi masyarakat desa untuk menjadi produsen, konsumen, pekerja, dan wirausahawan mikro secara lebih berdaya dan produktif.

Di Indonesia, peluang untuk menerapkan model serupa sangat terbuka lebar. Berdasarkan data terbaru dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2024, sebanyak 220 juta penduduk Indonesia sudah menggunakan handphone. Hal ini menunjukkan potensi besar untuk mengembangkan ekosistem digital, termasuk e-commerce pedesaan berbasis komunitas. Selain itu, tingkat elektrifikasi di Indonesia terus meningkat, mencapai 99,63% pada tahun 2023 menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Ini berarti hampir seluruh wilayah Indonesia kini sudah terhubung dengan jaringan listrik, sebuah prasyarat penting untuk mendukung aktivitas ekonomi digital di pedesaan.

Sementara itu, indeks melek digital Indonesia juga menunjukkan tren positif. Menurut hasil survei Kementerian Kominfo tahun 2023, indeks literasi digital nasional mencapai skor 3,65 dari skala 5. Meski mengalami peningkatan, masih diperlukan upaya ekstra untuk meningkatkan kualitas literasi digital masyarakat, terutama di wilayah perdesaan.

Belajar dari Tiongkok, Indonesia perlu mengoptimalkan potensi besar ini dengan memperkuat produk-produk lokal di desa. Salah satunya adalah dengan mengembangkan pusat inovasi produk berbasis komunitas, yang fokus pada peningkatan kualitas, desain, dan nilai tambah dari produk-produk lokal agar siap bersaing di pasar online. Oleh karena itu pelatihan dan pendampingan langsung secara konkret dan intensif perlu  dilakukan.

Pengembangan e-commerce di desa juga perlu memperhatikan konteks geografis dan budaya lokal. Dalam studi Zhang et al. (2025), keberhasilan program di Tiongkok lebih terasa di wilayah timur dibanding wilayah barat, menunjukkan bahwa kesenjangan infrastruktur dan adopsi teknologi menjadi faktor krusial yang perlu diantisipasi. Untuk itu, perlu ada langkah terkoordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, dan komunitas lokal dalam membangun infrastruktur transportasi, memperluas akses internet, serta menyediakan pelatihan literasi digital dan kewirausahaan berbasis komunitas.

Rekomendasi kebijakan yang bisa diadopsi antara lain adalah memperluas program Desa Digital, mendukung pelatihan e-commerce berbasis kebutuhan lokal secara intensif, memberikan insentif bagi platform digital yang bermitra dengan UMKM desa, serta membangun pusat logistik pedesaan untuk mempercepat distribusi produk. Selain itu, pemerintah perlu merancang program-program pendampingan berkelanjutan untuk mengembangkan kapasitas kewirausahaan masyarakat desa. Modal manusia menjadi salah satu kunci penting keberhasilan pengentasan kemiskinan berbasis e-commerce.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun