"Profesor itu hampir sama dengan kiai. Sungkan orang untuk menegur bila mereka melakukan hal yang keliru. Karena itu, maka kita harus selalu self reflection, personal introspection (refleksi diri, introspeksi pribadi, red), sehingga memastikan kita berada di dalam koridor yang benar dalam membawa eksistensi kita di tengah-tengah masyarakat,"tutur Rakhim Nanda.
Guru Besar adalah Ulama
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel Prof Ambo Asse pada kesempatan yang sama mengatakan, para guru besar, para profesor itu adalah al-ulama, orang yang punya ilmu. Mereka itu ahli pada bidannya masing-masing sehingga disebut ulama.
"Tadi sudah ada juga disebutkan, apakah sama orang orang yang tahu dengan orang yang tidak tahu? Ini juga sudah menggambarkan kalau ada masalah-masalah yang kita hadapi kata Allah, lalu kita tidak tahu, tanyalah mereka, tanya mereka itu dalam bidannya masing-masing," kata Ambo Asse.
Para guru besar yang dikukuhkan, lanjutnya, telah menyampaikan rasa syukurnya menggapai guru besar, tetapi tanda-tanda kesyukuran yang diharapkan ke depan adalah bagaimana mengembangkan ilmunya, bagaimana memanfaatkan ilmunya di Unismuh Makassar sebesar-besarnya pemanfaatan sampai purnabakti di Unismuh Makassar.
"Harapan pimpinan wilayah Muhammadiyah, guru besarnya sampai purnabakti di Universitas Muhammadiyah Makassar. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah kecewa kalau sudah guru besar di Universitas Muhammadiyah Makassar lalu meninggalkan Universitas Muhammadiyah Makassar. Ini saya sampaikan karena ada yang pernah terjadi," ungkap Ambo Asse.
Acara pengukuhan guru besar Unismuh Makassar dihadiri seribuan dosen, sivitas akademika, tamu dan undangan, termasuk Kepala LLDikti Wilayah IX Sultanbatara dan sejumlah pimpinan perguruan tinggi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI