Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang lahir dari harmoni perbedaan. Keberagaman etnis, agama, bahasa, dan budaya menjadi wajah sejati negeri ini. Perbedaan yang menyebar dari barat hingga timur nusantara adalah identitas yang tak bisa dipisahkan. Dalam kondisi inilah semangat nasionalisme menjadi kekuatan pemersatu bangsa. Namun, dalam perkembangan sosial belakangan ini, semangat itu kerap tergerus oleh munculnya fanatisme, baik dalam aspek politik, agama, maupun ideologi.
Fanatisme bukan selalu lahir dari kebencian, melainkan dari ketertutupan pikiran dan pemahaman yang sempit. Saat seseorang mulai menempatkan kelompoknya di atas segalanya, maka toleransi terhadap perbedaan pun memudar. Ini menjadi ancaman nyata bagi rasa kebersamaan yang menjadi fondasi negara.
Kemajuan teknologi informasi dan cepatnya penyebaran opini di media sosial turut memperburuk situasi. Tanpa kemampuan berpikir kritis dan kecakapan literasi sosial, masyarakat menjadi lebih mudah terpengaruh oleh narasi-narasi ekstrem yang menjauhkan dari nilai-nilai persatuan.
Makna Kebangsaan dan Fanatisme
Kebangsaan adalah semangat mencintai tanah air yang tercermin dalam perbuatan nyata untuk menjaga persatuan dan memperjuangkan kemajuan bersama. Ia tumbuh dari kesadaran bahwa perbedaan bukanlah penghalang, tetapi kekayaan yang harus dirawat. Kebangsaan mencakup nilai-nilai seperti toleransi, saling menghargai, dan keadilan sosial bagi seluruh warga.
Di sisi lain, fanatisme mengacu pada loyalitas berlebihan terhadap suatu kelompok, ajaran, atau pemikiran, yang sering kali disertai dengan kecenderungan menutup diri dari keberagaman. Fanatisme tidak memberi ruang dialog, bahkan bisa menimbulkan konflik jika dibiarkan terus berkembang tanpa kendali.
Fanatisme dan Dampaknya bagi Kehidupan Berbangsa
Fanatisme hadir dalam berbagai wujud:
Dalam konteks agama, ia muncul ketika seseorang menolak keberadaan tafsir atau ajaran lain, bahkan dalam lingkup keyakinan yang sama.
Dalam dunia politik, fanatisme tercermin dari dukungan buta terhadap tokoh atau partai, tanpa mau mendengar kritik atau saran dari pihak lain.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!