Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Antara Habibie dan Indonesia

19 Agustus 2016   19:41 Diperbarui: 19 Agustus 2016   19:53 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak berlebihan apabila sosok BJ Habibie disebut sebagai tokoh inspiratif Indonesia. Sebab, perjalanan hidup beliau mulai dari kecil hingga genap 80 tahun pada tanggal 25 Juni 2016 lalu, patut dijadikan contoh buat seluruh generasi muda. Habibie kecil adalah seorang  anak yang menjunjung tinggi pendidikan, waktunya dihabiskan dengan terus belajar. Kiranya hal itu didasari mimpi beliau untuk menjadi seorang Insinyur yang tentu bukanlah hal mudah. Pernah suatu ketika Ibu beliau menyuruhnya untuk bermain di luar rumah bersama teman temannya, namun Habibie lebih memilih untuk tetap belajar.

Sepeninggal ayahnya di tahun 1950, Ibu Habibie “bersumpah” akan tetap menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin semampunya. Sehingga, Habibie diberikan satu tiket kapal ke Pulau Jawa untuk melanjutkan sekolahnya di sana. Setelah merampungkan SMP dan SMA di Bandung dengan prestasi yang luar biasa khususnya di bidang sains, Habibie masuk ke perguruan tinggi ITB yang dulunya masih bernama Universitas Indonesia. Setelah sekitar 6 bulan berkuliah, Habibie memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di luar negeri, tepatnya di Jerman. Dengan biaya pribadi dan bukan beasiswa, Habibie bertolak ke Jerman. 

Disana beliau begitu menggeluti kuliahnya dengan serius dan sungguh-sungguh, sebab tidak ingin mengecewakan Ibunya yang telah bersusah payah menyekolahnya. Bahkan, dimusim panas sekalipun Habibie masih mengambil kelas dan tetap belajar, tidak terbujuk dengan ajakan teman-temannya untuk berlibur.

Meskipun pelajaran dan kuliah sebagai hal yang paling prioritas bagi Habibie, ia juga memiliki kontribusi yang besar dalam kehidupan berorganisasi. Beliau aktif melaksanakan acara pementasan budaya, baik acara di dalam kampusnya maupun kegiatan di beberapa kota kecil di Jerman. Habibie sadar, untuk memperkenalkan budaya Indonesia di mata dunia, kegiatan-kegiatan yang digerakkan organisasi sangatlah urgen. Beliau juga pernah sukses menyelanggarakan seminar PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) se Eropa dalam rangka mencari solusi dan jalan keluar dari permasalahan Indonesia. Bahkan Habibie sempat mendirikan ICMI (Ikatan Cendekiawan muslim Indonesia) dan menjadi ketuanya, disamping terus berkarya dalam bidang tekhnologi.

Sebelum melanjutkan ke tingkat doktoral, Habibie menikahi Hasri Ainun Besari yang dulunya merupakan teman SMA-nya. Dan usai pernikahan, Habibie membawa serta Ainun ke Jerman untuk menemaninya kuliah doktoral di sana. Setelah mendapat gelar doktor dan menyabet predikat cum-laude  pada tahun 1965, Habibie diterima bekerja di sebuah perusahaan Penerbangan di Jerman.  Setelah 4 tahun bekerja, Habibie diangkat menjadi Vice President dan Direktur Tekhnologi di perusahaan tersebut. Meskipun bekerja di negara asing, Habibie tetap berkontribusi untuk Indonesia dengan mengundang beberapa insinyur untuk bekerja di perusahaan tersebut. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar anak bangsa bisa belajar banyak dalam meningkatkanskill yang dapat dijadikan bekal untuk membangun Indonesia masa depan.

B.J Habibie bersama teman kantor di Hamburg (dokpri)
B.J Habibie bersama teman kantor di Hamburg (dokpri)
Pada tahun 1978, Habibie melepaskan jabatannya pada perusahaan Jerman dengan tujuan supaya benar-benar fokus dalam mengurus negara melalui jabatan baru yang diberikan kepadanya yakni sebagai Menteri Riset dan Tekhnologi (menristek) dan beberapa tugas lainnya dibidang tekhnologi antara lain sebagai pendiri PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), yang saat ini dikenal dengan PT Dirgantara (PTDI). Hal itu merupakan salah satu mimpi besar beliau sejak dulu. Meskipun memunculkan kontroversi di tengah masyarakat mengenai penganggaran dana APBN yang cukup besar dalam bidang industri tekhnologi tinggi, namun beliau mempunyai alasan yang kuat bahwa untuk menjadikan Indonesia menjadi negara high-tech­ membutuhkan anggaran yang memadai dan waktu yang tidak singkat.

Setelah 20 tahun menjabat sebagai menristek, pada tahun 1998, Habibie pun diangkat sebagai Wakil Presiden Indonesia mendampingi Presiden Soeharto. Namun keadaan Indonesia saat itu sedang kacau balau dan tidak stabil, mulai dari penurunan drastis nilai tukar rupiah, masalah inflasi, hingga menjamurnya KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) memicu kemarahan rakyat mulai dari kalangan aktivis hingga mahasiswa yang pada akhirnya hal itu menjadi alasan untuk menumbangkan rezim orde baru.  

Soeharto pun mundur dari Jabatannya sebagai presiden setelah 32 tahun diembannya. Secara politis, kondisi tersebut mengantarkan B.J. Habibie, yang saat itu sebagai wakil presiden, menuju kursi  presiden ke-3 Indonesia menggantikan Soeharto. Meski hanya menjabat selama 1 tahun 5 bulan, namun Habibie cukup banyak menyelesaikan problema di berbagai bidang. Diantaranya, Habibie mampu membawa nilai tukar rupiah yang diawal jabatannya mencapai Rp.15.000,00 per dolar menjadi sekitar Rp.7.000,00 per dolar sehingga Indonesia perlahan bisa keluar dari krisis ekonomi. Selain itu Habibie pun bisa menggiring Indonesia menjadi bangsa yang lebih menjunjung demokrasi.

Bangsa yang besar dan bijak adalah bangsa yang tidak melupakan jasa pendahulunya. Olehnya, sama sekali tidak boleh bagi kita, segenap warga Indonesia, melupakan jasa-jasa B.J. Habibie yang sangat besar terhadap bangsa dan negara ini. Melihat sepak terjang beliau, mulai dari usia sekolah yang begitu gigih belajar, memberikan inspirasi besar bagi generasi remaja calon penerus bangsa. Meski bekerja di Jerman, beliau pun terus memberikan perhatian terhadap saudaranya sebangsa dan setanah air di sana. 

Perhatian dan perjuangannya mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara Indonesia melalui upaya peningkatan tekhnologi yang pantang menyerah. Sikap bijaknya saat dipercaya rakyat menjadi pemimpin negara, saat menjadi menteri, wakil presiden, hingga menjadi presiden. Hingga pemikiran dan support yang selalu diberikannya kepada anak-anak bangsa ini meskipun usianya sudah mulai renta, tidaklah berlebihan jika dikatakan “setiap detak jantung Habibie adalah jasa yang sangat berharga untuk bangsa dan negara Indonesia”.

Salah satu cara menghargai jasa beliau adalah dengan mengetahui perjalanan hidupnya untuk diambil sebagai pelajaran buat semua kalangan. Banyak cara untuk hal itu, semisal anda bisa membaca buku-buku yang mengulas lengkap kisah hidup beliau serta  menonton dua film tentang beliau yakni “Habibie dan Ainun” serta “Rudy Habibie”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun