Mohon tunggu...
wawan ridwan
wawan ridwan Mohon Tunggu... Dosen - Building Spiritual Moderate Islamic value

hiduplah dengan pengetahuan dan kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kampung Tipar, Sisi Lain Kota Sukabumi

9 Januari 2021   13:08 Diperbarui: 9 Januari 2021   13:24 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kota sukabumi yang terletak diselatan Provinsi Jawa Barat, adalah kota yang sejak zaman belanda sudah dijadikan tempat untuk istirahat kota yang dikelilingi oleh Gunung Gede dan Gunung Panggrango sehingga kotanya sejuk, sejak zaman belanda telah tersedia sarana kereta api dengan rute sukabumi bandung dan sukabumi bogor, sarana kereta ini selain dijadikan saran transportasi umum juga untuk mengangkut hasil teh yang dipetik dari perkebunan di sukabumi terutama perkebunan teh goalpara. selain pegunungan diselatan sukabumi juga ada pantai Palabuan Ratu, sukabumi terbagi 2 ada kabupaten dan  kota sukabumi, kabupaten sukabumi merupakan kabupaten terluas di jawa barat bahkan di pulau jawa, pusat keramaian dan perekonomian tetap adanya di kota sukabumi, orang-orang kampung dulu sering menyebutnya sukabumi kota

Penulis yang lahir di tipar kota salah satu kelurahan yang ada di kota sukabumi  dari seorang mualim/tokoh agama bernama almarhum, KH. Abdullah Fathoni akrab dipanggil  oleh masyarakat tipar mualim toni, yang mendidik langsung penulis dalam hal membaca al quran dan belajar agama, bapakku setiap malam mengisi pengajian di masjid-masjid yang ada di sekitar tipar kota, bahkan seingat penulis sering ikut ke masjid tempat pengajian walaupun pada akhirnya tertidur pulas, bapakku juga mengelola sebuah madrasah namanya Madrasah AL ISHLAH selain Madrasah Ibtidaiyah /Sekolah Dasar, siang harinya dipakai untuk madrasah Diniyyah yaitu beajar khusus agama, bapakku termasuk yang mengajar, bapakku jago cerita tentang kisah-kisah para nabi, sahabat dan cerita Islam lainnya, pulang sore sampai jam 4, malamnya habis magrib penulis belajar mengaji di Pondok Pesantren Attafsiriyyah, yang kebetulan dikelola oleh KH. Ilyas Tafsiri biasa dipanggil uwa haji, panggilan penulis kepada kakak bapakku, seingat penulis uwa haji orangnya sangat soleh, tanganya selalu memegang tasbih dan berdzikir, selalu berpuasa santrinya banyak penulis bahkan sering bermain dan tidur di kobong (kamar santri), dalam pengajian di masjid tertentu sering diisi oleh bapak dan uwaku, uwaku meninggal ketika uisanya belum mencapai 50 tahun, ketika meninggal banyak yang bertakziah, bahkan ketika mau di makamkan di kompleks pemakaman keluarga di Pesantren Cikaroya (Sunanul Huda) yang berjarak sekitar 10 KM jenazah ditandu/dipegang sepanjang jalan sampai ke pemakaman.

Penulis yang tumbuh dari kecil di tipar kota merasakan adanya heterogenitas di masyarakat di tipar selain terkenal dengan lembaga pendidikan, pondok pesantren  dan aktivitas kegiatan keagamaan lainnya juga terkenal karena adanya BAHASA SANI, bahasa yang biasa dipakai oleh kalangan anak-anak muda dan preman sebagai bahasa gaul, seperti pengubahan beberapa hurup TIPAR dalam bahasa Sani jadi WIDAL, Budak/anak kecil jadi HUPAN, isuk-isuk/pagi pagi NYIGUN-NYIGUN kopi jadi NODI duwit, jadi PUTIW  bahasa yang sekarang tidak hanya di pakai oleh orang tipar aja tapi sudah umum dipakai dikalangan anak-anak muda sukabumi dari dulu sampai sekarang, selain pemukiman yang cukup padat warga juga dekat dalam mengakses aktivitas perekonomian karena di Tipar juga terdapat pasar, dekat dengan sub terminal dan stasiun kereta api, jadi tidak aneh di tipar juga terkenal sebagai daerah preman/jegger yang menguasai pasar terminal dan stasiun beberapa nama jegger yang ingat penulis seperti ade kebo, mamat bango, dayat abin, naga, asep adun aktitas minum-minuman keras dan berkelahi adalah hal biasa yang sering penulis temukan, mereka menjadi preman setelah remaja masa-masa SMA, waktu SD mereka tetap mengaji di madrasah dan pesantren

selain heterogen dibidang sosial kehidupan tolerasnsi beragaama di sana juga terkenal rukun dan harmoni, banyak warga tipar yang keturunan tionghoa/cina penulis masih ingat awal 70an masih ada tradisi barongsai, makan kue cina melihat prosesi pemakaman, di tipar sebelah barat/samphong banyak warga tionghoa yang tinggal disana dengan tradisi dan keyakinannya bahkan disana juga ada vihara tempat mereka beribadat, bahkan bapakku sering di hadiahi kue cina bahkan sering bertamu ngobrol dengan hidangan teh dan roti cinanya, bahkan banyak juga kawaan penulis yang keturunan seperti keluarga Hermansyah mantan kiper nasional aslinya warga tipar

itulah sekelumit tentang KAMPUNG TIPAR yang telah membentuk rasa tolerasni dalam diri penulis, semoga tetap hidup rukun dalam harmoni Negara Pancasila yang kita cintai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun