Mohon tunggu...
Yuhesti Mora
Yuhesti Mora Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta Science dan Fiksi. Fans berat Haruki Murakami...

Menulis karena ingin menulis. Hanya sesederhana itu kok.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Tuhan Ahli Matematika?

29 Desember 2018   18:50 Diperbarui: 29 Desember 2018   18:59 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekali waktu, di dalam kuliahnya, setelah menurunkan persamaan untuk menunjukkan tentang bagaimana hukum dilatasi waktu dirumuskan, dosen saya mengatakan bahwa barangkali Tuhan adalah ahli matematika.

Ketika mendengar hal tersebut, saya belum paham betul apa yang ia maksudkan. Malahan bagi saya pernyataan itu terasa demikian aneh. Perasaan yang muncul saat itu seperti ketika saya terpaksa menggunakan sepatu yang kedua-duanya adalah kiri atau kanan. Yah, Ganjil. Dan ketika melihat perubahan pada beberapa wajah teman-teman, saya lantas berpikir, syukurlah saya tidak sendiri.

Di kamar kost, pada sela-sela mengerjakan tugas kuliah, saya mencari tahu di Google dan menemukan sebuah buku yang berjudul Is God A Mathematician? Sejauh yang saya tahu, buku itu tentang matematika.

Saya tidak paham kenapa judul buku matematika perlu membawa-bawa Tuhan. Alih alih mencari tahu lebih jauh, saya justru membiarkannya saja. Empat tahun berlalu dan saya pun melupakannya.

Sampai suatu ketika ketertarikan saya dengan sains menjadi lebih besar dari sebelumnya. Saya merasa tidak lagi terpaksa untuk membaca artikel, buku atau menonton video-video dokumenter sains terbaru. Saya lupa apa sebabnya (semoga di lain waktu saya dapat mengingatnya), namun sejak itu saya perlahan-lahan memahami apa makna dari "Tuhan adalah ahli matematika" itu dari hal-hal berikut.

Pertama, segala hal di alam semesta ini adalah sekumpulan angka-angka.
Angka-angka ini kemudian ditemukan memiliki pola tertentu, misalnya deret Fibonacci yang dapat ditemukan pada banyak hal seperti jumlah kelopak bunga, buku-buku cangkang keong, lembar kol, not-not musik bahkan lingkar-lapis galaksi. Semua sistem itu terbentuk dan bergerak dengan begitu harmonis, patuh pada persamaan-persamaan matematis. Oleh karena itu, kita dapat memprediksi banyak kejadian yang akan terjadi di masa depan, misalnya cuaca, gempa, dan sebagainya.

Kedua, definisi keindahan.
Jika kita sempat piknik di sebuah taman, ketika melihat pohon, burung, langit dan bahkan mungkin diri sendiri yang dipantulkan oleh air kolam, kiita bisa merasakan bahwa apa yang kita amati itu demikian indah. Sedemikian indahnya sehingga kita tidak dapat menahan diri untuk mengabadikan pemandangan itu.

Tahukah kamu bahwa sekumpulan keindahan-keindahan yang tampak di mata kita itu sebenarnya didefinisikan sebagai hitung-hitungan yang matematis? Sebagai contoh, seorang dokter bedah plastik di korea dipuji lantaran hasil operasinya sangat memuaskan karena ia melakukan perhitungan secara cermat terlebih dahulu terhadap wajah pasiennya sebelum melakukan operasi.

Dalam salah satu tayangan Running Man, ketika orang-orang bertanya apakah Song Ji Hyo cantik? Mereka menjawab pertanyaan tersebut dengan menggunakan pengukuran rasio emas, membandingkan ukuran vertikal dan horizontal wajahnya yang nilainya setidaknya mendekati 1,6. Paling tidak itulah definisi kecantikan yang diyakini. Dan ternyata rasio emas tersebut ditemukan pada banyak bagian lain pada tubuh kita seperti ruas jari, tulang kaki, tangan dan lain-lain. Bahkan rasio tersebut juga ditemukan pada arsitektur keren semacam Parthenon.
Ketiga, matematika adalah bahasa sains.

Ilmu-ilmu yang mempelajari alam semesta, biologi, kimia, fisika tidak dapat lepas dari perhitungan matematika untuk mendapatkan pemahaman terhadap gejala alam tertentu. Sederhananya untuk memahami sesuatu, kita butuh matematika. Ia adalah jalan menuju penarikan kesimpulan terhadap pengamatan apa pun.

Suatu kali ketika Newton mengamati apel yang jatuh dan hendak merumuskan hukum gravitasinya, ia membutuhkan kalkulus yang pada masa itu belum ditemukan oleh siapa pun. Oleh karena itu ia akhirnya harus merumuskan kalkulus terlebih dahulu yang dituliskannya menjadi sebuah buku yang berjudul Principia sebelum merumuskan teori gravitasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun