Mohon tunggu...
hpmt komuinam
hpmt komuinam Mohon Tunggu... Editor - Ayo Nulis Disini

HPMT Kom. Uinam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Adagium A'bulo Sibatang Acera' Sitongka-tongka"

13 Mei 2020   00:50 Diperbarui: 13 Mei 2020   00:56 10087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering kita dengar bahwa kalimat A'bulo Sibatang dalam suku Makassar yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti "sebatang bambu", kalimat tersebut adalah kultur masyarakat suku Makassar yang sampai sekarang tetap terindahkan sebab mempunyai makna "bekerja sama dalam satu kelompok". Sungguh kultur yang elok dan patut dilestarikan.

Tak kalah menarik oleh kultur masyarakat Jeneponto khususnya. bukan hanya kata A'bulo Sibatang tapi adagium A'bulo Sibatang Accera Sitongka-tongka yang bermakna satu rasa, satu darah untuk bekerja sama.

Adagium tersebut merupakan kultur yang dibangun oleh para pendahulu kita sejak Karaeng-karaeng Jeneponto tidak menerima rakyatnya ditindas,  dijadikan sebagai budak oleh Kerajaan Gowa pada saat itu dan menganggap bahwa hal tersebut adalah siri'(malu).

Sehingga, timbullah rasa perlawanan para karaeng dan rakyat untuk memerangi pasukan Kerajaan Gowa di Butta Turatea dengan konsekuensi akan melahirkan cucuran darah sebagaimana ungkapan dalam buku "Tiga Ungkapan Kerajaan Binamu".

Sebuah cerita yang membuat sanubari saya tersentak sembari berfikir dan berharap adagium tersebut dipegang teguh pula oleh pemuda saat ini hingga generasi muda kelak.  Walaupun di sisi lain dengan perkembangan zaman membuat seseorang merubah cara berfikir, hingga sebagian pemuda berpandangan bahwa adagium itu tak pantas lagi untuk dipakai dengan berbagai alasan dan landasan.

Kita tak boleh terlalu termakan dengan kehidupan dan pengetahuan modern yang membuat kita lupa akan budaya, terkhusus mahasiswa perantau sebagai penerus generasi. Kultur tak bisa dibuang atau dilupa begitu saja sebab kulturlah yang membesarkan kita dan budayalah yang menjadi ciri khas daerah tercinta kita.

Bukankah budaya daerah hal kebanggan kita? Bukankah sebuah kebaikan ketika memperlihatkan identitas daerah kita ke daerah lain?. Jangan salah memaknai tentang adagium ini dengan mendefinisikan bahwa bertujuan atau digunakan  hanya untuk memerangi sekelompok orang saja tapi juga bermanfaat dalam kehidupan social lainnya, misalnya melaksanakan kegiatan social dalam masyarakat maupun tatanan kelembagaan untuk bekerja dalam satu rasa guna mencapai tujuan bersama.

Mari bernostalgia kejadian 2019 lalu ketika para mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Pelajar Mahasiswa Turatea (HPMT) bersatu untuk melawan mahasiswa daerah luar yang membuat kader mengalami siri' na pacce. Dalam tulisan Pattahindi, Ahimsa mendefinisikan siri' sebagai perasaan seseorang yang direndahkan atau jikalau martabatnya diserang atau dihina oleh orang lain (Ahimsa 2007).

Sementara Pacce diartikan sebagai rasa simpati terhadap sesama orang Jeneponto yang mengedepankan persianakkang (persaudaraan) dan solidaritas. Mereka berpegang teguh pada peribahasa A'bulo sibatang accera sitongka-tongka, maka semangat para kader makin membara sebab siri' dianggap sebagai aib oleh pemuda Jeneponto.

Walau ketika terdengar berita pelawanan kader HPMT pada saat itu, diri ini sejenak menimbulkan rasa takut dalam benak tapi dengan melihat semangatnya membuat saya bangga sebagai saudara dan sebagai mahasiswa yang berasal dari Jeneponto.

Peribahasa tersebut yang mesti kita lestarikan bersama dalam kehidupan sosial sebagai pemuda Butta Turatea yakni satu darah satu kebersamaan untuk menjunjung tinggi Sipakainga'(saling mengingatkan), Sipakatau(saling menghargai) dan Sipakalabbiri'(saling memuliakan, tak membeda-bedakan) dalam hal kemajuan bersama dan mempererat tali silahturahmi antarsesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun