Tabel : Eksistensi Radio di Negara-Negara MajuÂ
Â
Di Inggris, setiap rumah tangga yang memiliki televisi wajib membayar TV Licence Fee sebesar 159 per tahun atau sekitar Rp 3,1 juta. Iuran ini menjadi bentuk partisipasi langsung masyarakat untuk menjaga independensi BBC sebagai penyiar publik, sehingga tidak bergantung penuh pada iklan atau intervensi politik. Bagi lembaga seperti kantor, hotel, atau restoran yang menayangkan siaran untuk umum, mereka juga dikenakan biaya lisensi tambahan sesuai jumlah perangkat. Dengan sistem ini, BBC benar-benar menjadi media publik milik bersama: dibiayai rakyat, diawasi publik, dan dipercaya sebagai sumber informasi, pendidikan, serta hiburan berkualitas.
Benar kasus Indonesia memang atensi masrakatnya masih rendah,  dan tidak  sebesar itu, tapi  Pelajaran penting: pemerintah harus lebih memberi dukungan, masyarakat ikut menopang. Media publik dipandang sebagai penjaga peradaban---tanpa itu, sebuah bangsa mudah goyah oleh disinformasi.
JALAN REVITALISASI RRI
Kini, pertanyaan besar muncul: bagaimana dengan Indonesia? Bagaimana dengan RRI yang sudah 80 tahun berdiri?
Ada empat jalan utama untuk revitalisasi:
1. Menjadi Penjernih Informasi. Di tengah banjir hoaks, RRI harus kembali pada jati dirinya: menyampaikan kabar yang pasti, terverifikasi, dan menenangkan.
2. Transformasi Digital. Anak muda hari ini lebih sering membuka gawai daripada radio transistor. Karena itu, RRI harus hadir dalam bentuk aplikasi, podcast, live streaming, dan media sosial. Bukan sekadar mengikuti tren, tapi membangun ruang informasi sehat dan lebih massif di platform digital.
3. Fokus pada Edukasi dan Kebangsaan. RRI harus jadi ruang belajar bersama. Menyebarkan literasi, kebudayaan, nilai persatuan, serta kisah inspiratif dari seluruh penjuru negeri.
4. Dukungan Pemerintah dan Publik. RRI tidak bisa berdiri sendiri. Seperti BBC atau NHK, ia butuh sistem pembiayaan yang berkelanjutan. Negara harus hadir, masyarakat harus merasa memiliki.