Mohon tunggu...
Geraldo Horios
Geraldo Horios Mohon Tunggu... Lainnya - 没有人 v ホセ

menulis saat banyak pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalan Panjang Realisasi Bank ASI di Indonesia, Kemanusiaan dan Bisnis

7 Oktober 2022   11:41 Diperbarui: 7 Oktober 2022   11:45 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengutip dari lactashare.id, Bank ASI sudah ada di 35 negara dan Indonesia tidak termasuk di dalamnya.  Urgensi bank ASI selalu diangkat karena masih rendahnya pemberian ASI eksklusif.

Pada tahun 2017, pemberian ASI eksklusif masih hanya mencapai 38,23% di Jawa Barat. Persentase ini mengkhawatirkan karena ASI sendiri bertujuan untuk mengurangi resiko stunting, obesitas, penyakit kronis dan tumbuh kembang untuk bayi.

Manfaatnya juga terasa untuk Ibu menyusui. Pemberian ASI memengaruhi kesehatan ibu seperti mengurangi resiko kanker rahim, kanker payudara. Jika sangat penting, mengapa belum ada bank ASI di Indonesia?

Sekilas Bank ASI

getty images
getty images

Bank ASI didirikan untuk menyediakan ASI yang aman untuk bayi dalam situasi darurat, seperti mereka yang terkena bencana, sakit kritis atau lahir prematur. Bank ASI pertama kali didirikan pada tahun 1943 di Brasil dan sistemnya menjadi acuan seluruh dunia.

Sama seperti Palang Merah Indonesia, bank ASI bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis, melakukan pasteurisasi, dan membekukan ASI sehingga bisa diantar ke rumah sakit yang membutuhkan. Tentu saja setibanya di rumah sakit, ASI dikenakan harga.

Di Amerika Serikat, Susu donor dari bank ASI berharga $3 hingga $5 per ons (30 ml), sehingga mungkin memerlukan biaya $60 hingga $100 (AS) / Rp900 ribu per hari untuk bayi 3,6 kg yang mengonsumsi 20 ons (600 ml) per hari.

Model Bisnis Bank ASI

ASI sebenarnya tidak diperjual belikan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan PP No 33 tahun 2012. Meskipun begitu, proses transaksi ini dapat dilakukan jika berbentuk perusahaan sosial (Qastharin, 2016).

Bentuk usaha berupa instansi sosial membuat segmentasi terbagi dua yaitu co-creator (pendonor) dan beneficiary (penerima). Model bisnis ini sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI). Susu dikumpulkan, dianalisis, dipasteurisasi, dibekukan, lalu diedarkan.  

Pemberian harga ASI yang dijual tidak boleh terlalu mahal karena sesuai dengan tujuan utamanya untuk membantu. Kembali lagi ke perusahaan sosial, harga ASI disetting untuk menutupi biaya operasional sehari-hari. Biaya yang dikenakan sebagai Biaya Penggantian Pengelolaan ASI (BPPA).

Hambatan Realisasi Bank ASI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun