Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memanusiakan Manusia dari Kacamata Berbeda

18 Oktober 2021   23:16 Diperbarui: 19 Oktober 2021   00:03 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, sumber: Pixabay/stevepb/Putu Elmira via Liputan6.com

Tetapi, memang ada yang dengan sengaja memburukkan kondisi badan lebih dari adanya, untuk memancing perhatian orang. Kenyataan itu.

menganggap mereka sama dengan penjual biasa

Dengan berjualan, mereka adalah manusia pekerja biasa, tiada beda dengan kita. Mereka sedang bekerja, sama seperti kita yang juga bekerja cari uang.

Mereka tidak ingin mendapat uang tanpa usaha. Kalau ingin, pastinya jualan belas kasihan saja. Mereka susah-susah panas-panasan ketika siang hari atau basah-basahan saat hujan.

Akhir kata...

Jadi, mulai sekarang, barangkali kita tidak perlu merasa tidak enak setelah mengambil dagangannya. Kita juga tidak perlu terlalu berbelas kasihan dengan tidak mengambil dagangannya.

Barangkali kita mau beri lebih atau tidak mengambil kembalian -- dengan tetap mengambil dagangannya meskipun tidak benar-benar butuh, itu terserah. Kembali ke masing-masing.

Dengan mengambil dagangan, secara langsung kita sudah menyejajarkan mereka dengan kita yang sama-sama manusia biasa, sedang mencari penghasilan lewat bekerja. Mereka juga dianggap tidak sedang menjual belas kasihan dengan tidak melakukan apa-apa.

Kita telah menaikkan derajatnya.

Catatan: sebetulnya tulisan ini apik sebagai materi cerpen, cuma saya sedang malas. Jadinya, opini saja. Hehehe...

...

Jakarta

18 Oktober 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun