Barangkali menulis sekaligus membaca sudah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sebagian manusia. Ini merupakan kebutuhan dasar dan pelajaran dasar yang diperlukan dan diajarkan sejak kecil.
Semua mata pelajaran dapat dipahami dari membaca dan menulis tentangnya. Bahkan, menulis termasuk salah satu bagian dari gaya belajar, kinestetik.
Dewasa ini, menulis identik dikerjakan pada gawai, taruhlah laptop. Dahulu, saya pernah terpukau dengan kakak saya yang seorang lulusan teknik informatika.
Waktu itu, saya melihat beliau piawai sekali menggerakkan jari di atas papan tik komputer, lantas mengetik entah apa yang begitu panjang, tetapi dengan singkat dapat selesai.
Katanya, itulah mengetik dengan sepuluh jari. Artinya, baik ibu jari, telunjuk, jari tengah, jari manis, maupun kelingking pada kedua tangan bergerak semua, menyentuh satu demi satu papan huruf membentuk kalimat pada layar.
Pandangannya tidak lagi melihat papan itu guna memastikan huruf apa yang sedang diketik. Kakak saya sudah yakin bahwa yang ditekan sesuai dengan kalimat yang hendak ia tulis.
Reaksi saya pertama: terheran-heran. Mengapa bisa ia menyelesaikan laporan dengan cepat padahal begitu banyak? Bagaimana cara agar bisa mengetik dengan sepuluh jari?
Saya masih SMP waktu itu. Masih diperkenalkan apa itu komputer oleh guru TIK di sekolah. Belum tahu banyak dan masih samar tentang serba-serbi komputer.Â
Saya mengetik menggunakan sebelas jari -- jangan diartikan harfiah ya, seram -- alias hanya jari telunjuk kanan dan jari telunjuk kiri. Sebelum mengetik, saya harus melihat dulu papan hurufnya agar tidak salah. Begitu lama hanya untuk menulis sebuah kalimat.
Saya jadi bertanya, apakah mengetik sepuluh jari ada sekolahnya? Apakah ada trik khusus untuk melakukannya? Bagaimana bisa kakak saya dengan tepat hafal semua posisi huruf di papan tik? Maklum, anak kecil banyak ingin tahunya.
Lantas, bagaimana caranya?