Pernahkah Anda melihat seseorang sedang duduk manis, lantas orang itu tersenyum sementara di sekitarnya tidak terjadi apa-apa sebagai alasan ia tersenyum?Â
Barangkali jika Anda belum bertanya padanya, Anda bisa menyangka ia gila. Padahal, ia sedang mengimajinasikan kembali masa lalu yang membahagiakan dalam pikirannya, sehingga perasaan senangnya melimpah dan ia tersenyum.
Begitulah seorang pengarang cerpen. Ia hanya duduk manis di depan laptop, mengetik, dan merangkai kata-kata sesuai imajinasi dalam pikirannya.Â
KBBI menjelaskan imajinasi:
daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang
khayalan
Selain keahlian berbahasa dan kemahiran bercerita, imajinasi adalah modal utama pengarang cerpen. Ini tidak bisa dibeli di mana-mana. Hanya bisa dilatih dan dipertajam, semakin kuat seiring dengan besarnya niat untuk menulis cerpen yang bagus.
Saya sudah pernah menjelaskan bahwa mengarang cerpen bermanfaat baik untuk membentuk kebiasaan sehari-hari, salah satunya sering memperhatikan detail atau hal-hal kecil di sekitar.
Jika ingin mengarang cerita tentang semut yang rajin mencari makanan, maka detailnya seperti:
Semut-semut itu keluar dari sarang tanah di balik pintu kamar. Satu per satu berjejer rapi, berbaris tanpa ada yang menyelip, lantas berjalan menyusuri ubin demi ubin, merayap ke dinding, naik ke kursi kayu, dan sampai di atas meja makan.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!