"Mas, sini. Sudah mulai," kata seorang teman yang duduk bersebelahan dengan teman satu lagi di depan televisi. Waktu itu sedang berlangsung pemutaran film menyeramkan.
Saya masih duduk dalam kamar. "Kamu nonton film apa?" Teman itu tiba-tiba tersenyum. "Sini saja, Mas!" Ia tetap berusaha mengajak. Saya bergeming. Saya sudah tahu selera tontonannya.
Suatu kali saya diajak teman menonton film. Baik di kontrakannya maupun di bioskop langsung. Saya pribadi tidak terlalu suka nonton. Selektif, alias pilih-pilih.
Beberapa yang saya prioritaskan tonton adalah film komedi, laga, keluarga, seputar pembelajaran kehidupan, dan lainnya yang setelah menonton, saya mendapat hal-hal bermanfaat.
Pada sisi lain, kita tahu benar, ada film yang menyeramkan, menghadirkan berbagai jenis hantu baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Kehadirannya pun biasanya mengagetkan di tengah keheningan, kesepian, dan malam pekat.
Ada pula film yang tidak manusiawi, menampilkan sajian menakutkan dan perilaku menjijikkan (bagi saya) seperti memotong-motong tubuh orang, menyembelih, membunuh sampai darah bermuncratan, dan sealirannya.
Kedua jenis itu tentu dikreasikan dengan visual yang diharap sangat mendukung. Beberapa diangkat dari kisah nyata. Meskipun kita tahu itu semua rekaan dalam penciptaan, seperti benar-benar terjadi ketika ditonton.
Perasaan menyeramkan dan menakutkan semakin timbul waktu menonton sendirian. Bulu kuduk bisa merinding. Bisa pula tidak tidur semalaman. Saya pribadi membatasi menontonnya. Beberapa hal menguatkan:
Ingat kata-kata pembina rohani
Dahulu, seorang pembina rohani pernah berkata pada saya, "Lebih baik, jika masih ada hal-hal baik yang bisa dilihat dan dipelajari, tonton dan simaklah itu. Segala yang menakutkan dan menyeramkan, jangan berikan diri padanya."