Seorang lelaki menikmati asyik sebuah video di depannya. Seputar pembelajaran tentang bahasa Inggris, tepatnya subject verb agreement. Ia mengamati benar bagaimana konten kreator atau si pengajar menjelaskan.
Video belum habis, ia telah menekan tombol like. Tanpa diingatkan si pengajar di bagian akhir video, ia sudah melakukan. Ia menilai, konten itu memang layak disebarkan.
Sebagian besar kita tidak asing dengan like, subscribe, dan comment. Apalagi sekarang ini, saat mencari hiburan lewat gawai lebih diutamakan, oleh sebab lebih banyak berdiam diri di rumah.
Ketiga instruksi itu sering diucapkan konten kreator di Youtube entah pada bagian awal, tengah, atau akhir video. Berulang-ulang pada sebagian besar (saya kira malah hampir semua) video.
Memandang like, subscribe, dan comment sebagai penghasilan konten kreator
Karena saya terus melihat sebagian besar konten kreator seperti memohon dengan sangat agar kita melakukan tiga hal itu, sudah pasti ketiga hal itu begitu penting bagi mereka.
Terutama, untuk mendukung pemasukan sebagai konten kreator. Tentu, membuat video tidaklah mudah. Ada banyak biaya. Ada pengeluaran di sana sini. Semisal, kualitas kamera harus mumpuni.
Lokasi rekaman pun semenarik mungkin. Belum lagi hal-hal spesifik yang harus dikeluarkan terkait konten masing-masing (contohnya konten makan, berarti harus pergi -- biaya transportasi dan akomodasi -- ke warung makan dan membayar uang untuk makan).
Entah bagaimana perhitungan, admin Youtube paling tahu dalam menggaji mereka. Setidaknya, lewat pelibatan salah satu dari ketiga hal itu. Semakin konten tenar, semakin banyak dilihat orang, saya kira semakin besar pula penghasilan yang didapat. Itu berjalan searah.
Sekaligus penyemangat berkreativitas