Di Kompasiana, dengan sangat gampang, dapat kita temui beragam penulis opini beserta opininya pada tiap-tiap kategori tulisan. Bertebaran di mana-mana, tinggal pilih mana yang cocok.
Merupakan hak prerogatif pembaca untuk mencari bacaan yang disukanya. Semakin banyak pembaca, tentu penulis semakin senang. Sedikit pembaca, sedikit banyak menurunkan semangat menulis.
Faktor senang yang dialami penulis jelas disebabkan opininya telah terbaca banyak orang. Segala yang dipandangnya baik dan layak disampaikan untuk mencerahkan, berhasil tertuliskan dan diketahui orang. Tidak sia-sia ia menulis opini.
Pada sisi lain, penilaian gampang opini terbaik terlihat dari sematan Artikel Utama (AU) oleh Admin (tanpa bermaksud merendahkan kualitas baik opini lain). Opini itu disebarluaskan di media sosial Kompasiana, bahkan muncul di halaman muka Kompas.com.Â
Semakin besar potensi disimak lebih banyak orang. Semakin semangat penulis jika lebih banyak opininya beroleh AU. Seidealis apa pun menulis, kita tetap suka jika tulisan mendapat AU. Hahaha...
Menulis opini itu sulit
Opini yang baik dan bijak -- objektif sesuai penilaian masalah dan lebih banyak mendatangkan manfaat daripada kerugian jika dilaksanakan -- sangat sulit ditulis. Harus banyak data pendukung. Belajar dari berbagai pengalaman. Menyelidiki masalah sampai ke akarnya.
Otak penuh hikmat dan hati peka rasa wajib diberdayagunakan maksimal. Meracik opini tentu bukan untuk melukai sesama, tetapi lebih kepada memberi pandangan tentang mana yang lebih baik dilakukan.
Kita ambil contoh. Silakan Anda menulis opini seputar masalah kesehatan yang berpotensi merebak semasa pandemi. Taruhlah obesitas. Sangat besar terjadi, berhubung lebih sedikit aktivitas dilakukan. Kita hanya di rumah saja.
Saya tebak, tanpa perlu membaca satu demi satu opini Anda, sebagian besar tidak akan melewatkan untuk menyertakan cara-cara pencegahan: mengendalikan nafsu makan, mengatur pola nutrisi sehat, menerapkan cara hidup aktif, dan mengurangi ketagihan bermain gawai.