Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kegalauan Lelaki Seputar Gundul

1 Juni 2021   23:03 Diperbarui: 22 Juni 2021   22:55 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kepala gundul, sumber: alodokter.com

Seorang lelaki mengambil handuk, pakaian ganti, dan peralatan mandi. Ia membuka bajunya dan membersihkan diri. Ia mengangkat gayung dan membasahi seluruh tubuh.

Dirasanya sesuatu yang janggal. Ada genangan air setinggi mata kaki di lantai kamar mandi. Ia melihat saringan pada lubang, tertutup. Gumpalan helai rambut kusut di sana.

Sekali waktu saya pernah begitu takut menyaksikan fenomena rambut di saringan kamar mandi. Bukan rambut hantu ya. Wkakaka... Begitu banyak, menggulung, dan tertumpuk hingga menyumbat. Lekas saya pegang kepala saya.

Saya raba-raba seluruh bagian kulit kepala dari depan, tengah, belakang, sampai pinggir. Apakah ada yang mulai tipis? Apakah sebagian telah gundul? Jujur, gundul adalah momok bagi saya.

Saya tidak suka dan tidak ingin gundul. Agar tidak terlalu stres, saya lekas alihkan ingatan pada sebuah lawakan kuno:

Kalau gundul di depan, berarti kita punya pandangan lebih maju tentang masa depan. Kalau gundul di belakang, masih tenggelam dalam masa lalu sehingga terus memikirkannya. Kalau gundul semua, berarti segala zaman dipikirkan. Orang gundul itu hebat. Seorang pemikir!

Sejenak saya tersenyum. Sejenak kemudian kembali tertegun. Apakah saya sudah terbilang tua sehingga rambut mulai rontok? Apakah anak muda juga bisa terserang gundul? Apakah tidak ada cara untuk menghindari gundul? Apakah memang siklus alamiah, gundul dialami para lelaki?

Saya malah sempat berpikir sekarang, apa sebaiknya saya mengurangi menulis di Kompasiana, agar tidak lekas gundul? Kan setiap menulis pasti berpikir. Jangan-jangan, apa karena itu?

Kejadian langka tentang gundul saya

Saya gundul dengan sengaja hanya sekali seumur hidup. Saat masuk kuliah. Waktu itu, mahasiswa baru, sesuai ketentuan ospek, wajib memotong rambutnya hingga panjangnya satu sentimeter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun