Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menyelisik Kegemaran Sebagian Kita Perihal Debat

23 Mei 2021   16:35 Diperbarui: 23 Mei 2021   19:09 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berdebat, sumber: okezone.com

Seorang lelaki melihat ponselnya. Ada pesan tidak biasa, masuk. Ia diminta bantuan untuk mengirimkan username ke orang yang baru saja meneleponnya. Kata orang itu, username itu salah kirim.

Tanpa curiga, ia melakukannya. Seorang teman mendekatinya. Teman itu bertanya, apa yang ia kerjakan? Teman itu menyadari, ia sedang dikerjain seseorang.

Saya pernah mengalami akun ojek daring hampir diretas. Saldo depositnya saat itu masih seratus ribu. Saya jujur orangnya polos dalam hal diminta bantuan. Gampang tergerak.

"Mas, jangan kirim lagi!" seru teman itu. Ia bertanya, "Memang kenapa, Bro?" Teman itu tersenyum. Teman itu pernah mengalami kejadian sama. "Akun Mas sedang diretas seseorang," jawabnya.

"Nanti kalau ada yang telepon, biar saya yang jawab," lanjutnya. Beberapa menit berlangsung, orang itu menelepon lagi. Langsunglah teman itu bertanya, bertanya, dan bertanya, mendebatnya, sampai orang itu kehabisan kata-kata.

Saya kagum dengan kemampuan debat teman saya itu. Pertanyaan demi pertanyaan diajukannya -- seolah-olah tidak pernah mengalami -- agar orang di sana -- peretas -- bosan dan lelah. 

Saat itu pengeras suara dinyalakan. Saya bisa mendengar orang di ujung telepon tetap bertahan, bilang segala alasan agar password yang seolah-olah salah dikirimnya, diberitahukan lagi padanya. Karena kalah berdebat, orang itu memutus telepon. Saldo deposit saya tidak jadi hilang.

Debat sebagai kebiasaan

Bagi sebagian kita, ada yang suka sekali berdebat. Entah antarorang, dengan keluarga, bersama kekasih, sampai kepada debat resmi di televisi yang ditonton banyak pemirsa.

Ketika bekerja dan perjalanan dinas ke daerah, saya juga kerap didebat tentang suatu hal, yang dirasa tidak benar oleh klien. Berjibun pertanyaan muncul dan saya senang saat berhasil menjawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun