Baru-baru ini, kita mendengar kabar bahwa dua perusahaan dengan tiap-tiap aplikasinya yang mewarnai sebagian besar pengguna ponsel pintar, melakukan penggabungan.
Adalah perusahaan layanan transportasi on demand (Gojek) dan e-commerce (Tokopedia). Nama barunya, Grup GoTo. Info lengkap berdasarkan Kompas:
Data manajemen menunjukkan, entitas gabungan ini memiliki total transaksi atau gross transaction value (GTV) sebesar 22 miliar dollar AS atau sekitar Rp 319 triliun pada 2020.Â
Selain itu, sepanjang tahun 2020 lalu, Grup GoTo juga tercatat memiliki 1,8 miliar transaksi, lebih dari 2 juta mitra driver tercatat, lebih dari 11 juta mitra usaha, serta lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan.
Perusahaan hasil merger, yakni Grup Goto, kini dipimpin oleh Andre Soelistyo sebagai CEO dan Patrick Cao sebagai Presiden Grup.
Integrasi antara belanja daring dan jasa pengantaran
Bagi saya, peleburan itu strategi bagus. Kita tidak menampik, pada era serba digital sekarang, sebagian besar transaksi dan kegiatan menggunakan teknologi berupa aplikasi. Ada kemudahan belanja di sana. Bermodal sekali klik, semua selesai. Praktis.
Jasa pengantaran pun tidak bisa lepas dari belanja daring. Seusai kita membeli barang lewat e-commerce, pasti sekaligus ditanyakan, barang ingin diantarkan dengan jasa pengantaran mana.
Kita tinggal duduk manis. Barang terlihat di ponsel, terpilih, terbayarkan lewat mobile banking, dan diantarkan langsung oleh jasa pengantaran. "Paket!" Itulah seruan akhir yang kita suka tunggu.
Apalagi saat Corona. Semakin bermanfaat kedua layanan itu, terutama untuk menghindari terjadi kerumunan di toko barang. Jika lebih jauh, memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian orang (baca: pengemudi jasa pengantaran).
Alasan saya tidak terlalu suka belanja daring