Kalau hewan, berkali-kali ada, seperti perilaku kucing dan anjing. Untuk menambah kreasi, maka hantu pun dijadikan bahan. Tidak ada gunanya pula menjaga perasaan hantu, bukan? Bisa dipandang sebagai unsur balas dendam karena mereka hadir sering menakuti.
Menguji daya kritis
Dalam satu dua komentar, ada yang tidak mudah percaya bahwa itu hantu. Mereka menganalisis dengan kritis, mulai dari awal munculnya, pergerakannya, sampai akhir tayangan.
Pendapatnya pun berbobot. Seperti ilmiah, diawali dengan kata "tidak mungkin", "mana ada", "kok bisa", dan sebagainya -- tentu dalam bahasa gaul. Mempertanyakan eksistensi hantu. Itulah, jika terlalu kritis pikiran.
Mengajak untuk bernyali
Yang ini sebetulnya agak menyebalkan bagi sebagian, tetapi bagi yang mengajak mungkin ada maksud untuk membangunkan nyali jika melihat hantu. Satu dua warganet akan menautkan nama orang lain -- seperti teman -- di kolom komentar.
Bisa jadi temannya sesama penyuka hantu. Boleh jadi sebagai sarana untuk mengerjain atau mengagetkan mereka. Mungkin pula mengajar agar tidak gampang takut hantu.Â
Apa pun maksudnya, saya lumayan terhibur oleh tingkah warganet. Saya percaya hantu. Selama tidak mengganggunya, ia tidak akan balas mengganggu. Takut? Iya, manusiawi.
Tetapi seusai melihat tayangan itu, ketakutan saya terkikis, ada rasa terhibur, bahkan daya kritis hampir terbangun sama dengan sebagian warganet. Saya menjadi terbiasa mempertanyakan tingkah lakunya dahulu, sebelum takut dengan penampakannya.
Fenomena kekinian yang cukup unik. Warganet memang luar biasa. Alam gaib pun disikatnya. Hahaha...
...
Jakarta
10 Mei 2021
Sang Babu Rakyat