Status sebagai janda
Sebagian wanita tidak suka menyandang status janda. Kesendirian dan kehilangan sebuah cinta adalah penderitaan yang luar biasa, apalagi seorang wanita yang lebih dominan perasaannya.
Cibiran dari orang sekitar dan sedikit status miring yang melekat pada janda, juga tidak mau mereka alami. Coba rasakan, bagaimana pedihnya para istri korban?
Bagaimana mencukupi kebutuhan hidup
Para korban sebagai kepala keluarga sudah tentu bekerja mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Memang, pemerintah telah menjamin akan sekolah anak-anaknya hingga strata satu.
Tetapi, tidak hanya itu kebutuhan keluarga. Ada hal-hal lain yang perlu dipenuhi, seperti makan minum, listrik dan air, sewa bangunan bila mengontrak, dan lainnya, yang tentu begitu banyak sepanjang hayat.
Apalagi jika istri korban tidak bekerja, hanya seorang ibu rumah tangga. Bila kita tidak bisa membantu meringankan, tidaklah usah membercandakan mereka.
Memulihkan jiwa
Kondisi jiwa para anak dan istri juga patut diperhatikan. Kesedihan dan kepedihan akan kepergian orang tersayang, tidak mudah terobati begitu saja. Butuh berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, tergantung kekuatan tiap-tiap pribadi.
Sudah tentu, kita seyogianya tidak menambah kepiluan mereka, tekanan jiwa mereka, dengan kelakar-kelakar yang sama sekali tidak manusiawi ketika kedukaan.
Jadi, bagi para subjek negatif cerita yang saya urai di awal tulisan, apakah Anda sudah tidak punya empati di hati? Atau, setidaknya, adakah simpati masih tersimpan barang sedikit? Atau, bahkan Anda tidak memahami simpati dan empati itu apa? Biarlah artikel ini menerangkannya.