Maka tidak heran, untuk menepis anggapan ini, sebagian memberikan catatan: Tulisan ini sekadar rekaan semata. Bila ada kesamaan tokoh, hanya kebetulan.
Sering bawa perasaan
Salah satu unsur menarik dalam cerpen adalah menuliskan perasaan seseorang, baik melalui perkataan, tingkah laku, maupun hasil pemikiran. Ini membuat cerpen terasa hidup.
Nah, mungkin ada pula yang berpendapat, bahwa kita -- cerpenis -- sedang tersinggung. Jadi, menuliskan perasaan dan kekesalan lewat cerpen. Bila semakin banyak cerpen ditulis, semakin mudah tersinggung. Wkakakaka...
Tidak punya teman
"Curhat kok lewat cerpen. Tidak punya teman berbagi ya? Kasihan."
Buruk sekali pemikiran saya. Punya teman pun, tidak semua bisa dibagi cerita. Mereka juga punya masalah, yang kita tidak tahu seberapa dalam kesulitannya, seberapa kuat mereka mengatasinya, dan seberapa tidak ingin diganggu mereka.
Alih-alih berbagi cerita dan masalah, justru membuat mereka semakin stres. Masalah mereka belum kelar, malah ketambahan masalah kita.
Cerpen menolong untuk orang yang tidak ingin merepotkan orang lain. Tidak semua cerpenis tidak punya teman. Dengan curhat lewat cerpen, mereka hanya ingin menghormati privasi temannya.
Paling benar sendiri
Karena pesan moral sering dituliskan dan diharap selalu ada pada setiap cerpen, ada anggapan bahwa cerpenis adalah seorang penasihat. Sedikit-sedikit berkhotbah tentang yang seharusnya dan yang benar.