Sejak bergabung dengan Kompasiana per tanggal 16 Mei 2020, sampai sekarang kurang lebih telah berumur dua bulan, cukup banyak hasil pemikiran penulis yang tertumpahkan di media platform blogging ini.Â
Semua terukirkan dalam kata-kata dan terabadikan selamanya selama media ini masih ada. Meskipun sirna, pasti sedikit banyak ada yang telah melekat di ingatan para pembaca.Â
Menulis merupakan salah satu kegiatan produktif yang penulis pilih selama Corona sedang tenar, ketika harus bekerja dari rumah. Keinginan menulis semata-mata berawal dari sebuah kerisauan.Â
Kerisauan melihat banyak sekali berita negatif bertebaran di media massa, mulai dari pembunuhan, perkosaan, prostitusi, korupsi, pencurian, penipuan, dan sebagainya. Bahkan diantaranya menduduki posisi peringkat terpopuler, yang berarti dibaca oleh banyak pembaca.Â
Opini atas alasan mengapa berita seperti ini gampang tenar pun telah penulis ulas secara mendalam dalam tulisan yang berjudul 6 Alasan Mengapa Berita Negatif Gampang Populer.
Selain itu, berita tentang kematian karena Covid19 juga tidak pernah absen berseliweran silih berganti di berbagai media. Rasa-rasanya ada yang salah kalau semua yang terbaca bernuansa negatif. Lama kelamaan, akan berpengaruh pada menurunnya imunitas tubuh karena pengaruh negatif tersebut. Jadinya gampang deh terserang Corona.Â
Oleh karena itu, penulis mengambil keputusan untuk menulis guna menyandingi berita tersebut. Tulisan pertama penulis yang terbit di media massa, berjudul "Opini: Sepuluh Dampak Positif Virus Corona (Sebuah Opini Lepas dari Pengamatan Kehidupan)", yang telah tayang di situs www.kompas.tv pada hari Jumat 15 Mei 2020. Harapan akan tulisan itu, semoga bisa sedikit memberikan warna positif di tengah banyaknya negatif yang melanda.
Sejak itu, penulis pun berjanji dan menyatakan ikrar dalam setiap tulisan, bahwa tulisan yang tertulis atas nama penulis hanya memuat unsur:
Bercerita tentang diri;
Keseharian penulis banyak yang digambarkan dalam bentuk tulisan. Tentang cerita hidup yang dilalui, suka cita, duka cita, dan lain-lain, sungguh terasa puas ketika dicurahkan dalam bentuk tulisan.
Sekaligus juga sebagai buku harian yang menjadi pengingat bagi penulis untuk kontemplasi diri, tentang apa yang belum, telah, dan akan diperbuat dalam hidup ini.