Dalam upaya menjawab tantangan sektor pertanian modern yang semakin kompleks, tim peneliti dari Universitas Negeri Malang berhasil menciptakan terobosan teknologi melalui penelitian berjudul "Pengembangan Sistem Deteksi Hama Penyakit Berbasis Intelligent IoT pada Pertanian Presisi". Penelitian ini dipimpin oleh Prof. Aripriharta, S.T., M.T., Ph.D., bersama tim kolaboratif yang terdiri dari Prof. Dr. Nandang Mufti, Ir. Arya Kusumawardana, dan Langlang Gumilar, serta melibatkan mahasiswa Andrian dan Gabrielley Ferdhiansyah Riyadi. Mitra implementasi lapangan berasal dari Madani Farm, dengan dukungan kolaborasi internasional dari Shu-Chen Cheng, Ph.D. dari Southern Taiwan University of Science and Technology (STUST).
Penelitian ini merupakan bagian dari program Penelitian Unggulan Pusat (Pusat Sains dan Rekayasa) dengan TKT 6, didanai oleh sumber dana internal UM tahun 2025 (Nomor Kontrak Deteksi Hama: 24.2.354/UN32.14.1/LT/2025). Fokus utama penelitian adalah pengembangan sistem deteksi hama secara real-time menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) yang dikombinasikan dengan image processing dan algoritma machine learning berbasis Convolutional Neural Network (CNN). Sistem ini tidak hanya mampu mendeteksi hama secara otomatis, tetapi juga terintegrasi dengan penyemprotan pestisida secara presisi dan efisien.
Melalui pendekatan ini, para peneliti merancang alat yang dilengkapi kamera beresolusi tinggi dan sensor lingkungan untuk memantau kondisi pertanian secara terus-menerus. Data yang terkumpul dianalisis secara otomatis guna mendeteksi tanda-tanda hama dan penyakit tanaman, kemudian mengaktifkan mekanisme penyemprotan pestisida hanya pada area yang terdampak.
Inovasi ini hadir sebagai solusi untuk mengatasi ancaman penurunan hasil panen hingga 40% akibat serangan hama dan penggunaan pestisida yang berlebihan. Dengan sistem ini, petani dapat mengurangi dampak lingkungan, menekan biaya operasional, serta meningkatkan produktivitas lahan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 2 (Tanpa Kelaparan), SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim), dan SDG 15 (Ekosistem Daratan).
Saat ini, sistem sedang dalam tahap validasi laboratorium dan uji lapangan untuk memastikan keandalannya serta kemudahan penerapan oleh petani di berbagai wilayah. Ke depannya, teknologi ini dapat diadaptasi di berbagai sektor pertanian lain guna membangun ekosistem pertanian cerdas yang lebih adaptif dan berkelanjutan.
Dengan pendekatan yang menggabungkan teknologi tinggi, keberlanjutan, dan kolaborasi multi-pihak, penelitian ini membuktikan bahwa pertanian presisi berbasis IoT bukan lagi sekadar konsep, melainkan solusi nyata untuk masa depan pangan Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI