Mohon tunggu...
Husni Fatahillah Siregar
Husni Fatahillah Siregar Mohon Tunggu... Lainnya - Content Writer

Corporate Communication - Tennis Addict

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Serba-serbi Suami Diplomat: Melepas Karir dan Mengurus Rumah Tangga

20 Juni 2021   14:29 Diperbarui: 20 Juni 2021   17:03 2530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terlibat aktif dalam kegiatan Perwakilan sebagai suami diplomat (Dokumentasi Pribadi)

Menjadi impian banyak orang dapat merasakan hidup di luar negara Indonesia, apakah itu untuk melanjutkan pendidikan, bekerja atau bahkan membangun rumah tangga dengan warga negara asing. 

Saya pun tidak pernah membayangkan bahwa impian saya untuk bisa menjelajah berbagai negara dan merasakan menetap di luar Indonesia akhirnya dapat terwujud. Bukan untuk melanjutkan pendidikan atau bekerja, apalagi berumah tangga dengan warga negara asing, tapi untuk mendampingi istri yang bertugas dan berprofesi sebagai diplomat.

Jodoh, rezeki dan maut menjadi hak prerogatif Sang Maha Kuasa. Terkadang sebagai manusia, kita sering merasa kecewa ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Padahal Tuhan punya cara-Nya sendiri untuk dapat memenuhi apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. 

Sejak kecil saya bercita-cita menjadi seorang diplomat. Bayangan menjadi seorang duta besar itu tertanam dalam pikiran saya sejak kecil. 

Berkali-kali saya mengikuti proses rekrutmen dan seleksi untuk menjadi diplomat, tapi tidak ada yang berhasil. Dan, Tuhan punya cara-Nya dalam mewujudkan impian saya. 

Siapa nyana, saya dipertemukan dengan jodoh saya yang ternyata berprofesi sebagai diplomat, dan saya pun akhirnya menyandang status sebagai suami diplomat.

Dalam bayangan setiap orang tentu profesi diplomat sangat mengasyikkan, apalagi sebagai pendampingnya. Ibarat kata tidak perlu capek-capek bekerja, tapi bisa keliling dunia. 

Percayalah, kondisi itu tidak seindah yang dibayangkan banyak orang, apalagi ketika suami yang harus mendampingi istri. 

Istri mendampingi suami bertugas tentu bukanlah hal yang aneh, karena "takdirnya" memang diciptakan seperti itu, istri manut dan ikut ke manapun suami melangkah.

Tapi, di tengah kondisi budaya patrilineal yang masih kuat di Indonesia, ketika suami yang harus mengikuti dan mendampingi istri bertugas tentunya masih berpotensi menjadi perdebatan, tidak hanya di masyarakat tapi yang pasti dalam lingkungan keluarga si suami. 

Loh, kenapa harus menjadi perdebatan? Kan bisa saja suami bekerja di negara tempat sang istri bertugas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun