Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Feminisme Setengah Matang dalam Kisruh Rumah Tangga

31 Oktober 2020   03:13 Diperbarui: 31 Oktober 2020   21:54 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emangnya laki se-Indonesia tau cara nyetir mobil, nyetir motor, seimbangin sepeda roda dua? Aku balas tantanganmu pakai realitas yang di depan mata tapi kamu gak lihat ketutup patriarki."

Padahal pertanyaan dari saya cukup sederhana, "Bisa dan mau gak feminis seperti ini?", namun tanggapannya malah lari jauh dengan menghadirkan pernyataan baru. Tipe orang yang seperti itu merupakan tipe orang yang mempunyai logical fallacy.

Kemudian saya kembali menegaskan kepada dia, "Intinya, bisa atau enggak bisa, itu tergantung dari kemauan. Jika kamu tidak bisa melakukan seperti yang ada di video itu, artinya kamu malas. Belum mencoba kok sudah nyerah duluan." 

Kalau seorang wanita yang mengaku sebagai feminis sejati, pasti tidak akan menolak jika saya beri tantangan seperti video yang saya bahas. Namun kebanyakan feminis jaman sekarang, mudah insecure dan mengatai orang lain (pria) sebagai pelanggeng budaya patriarki.

Padahal kuncinya sederhana, mencoba dulu (melakukan pekerjaan pria). Dan yang membuat saya semakin bingung adalah, ketika orang itu berkata "Sini bambangg kirim sekup sama kerikil ke rumah aing. 

Gak punya uang coba beli kerikil, alamat nanti gua DM kalau sudah ada resi pembelian." Kemudian saya membalas, "Loh, ngapain saya mesti membelikan sekup dan kerikil? 

Pasti di rumahmu ada pacul kan? Kalau engga punya, bisa pinjam ke tetangga. Setelah dapat paculnya, silahkan kamu macul selama beberapa menit sambil direkam , lalu kirimkan ke saya videonya."

Orang itu tidak mau melakukan tantangan yang saya tujukan kepadanya, malah membalas lagi, "Mending malas daripada goblok." Nah, statement yang ini adalah statement yang membuat saya semakin antipati dengan feminisme setengah matang. Kenapa? Dari pernyataannya saja sudah salah, kok. 

Manusia jika ingin survive dan tetap hidup, harus bisa meninggalkan sikap malas. Karena apa? Mau berpendidikan atau tidak, apapun gender serta orientasi seksualnya, jika ia tidak memiliki sikap malas, pasti akan melakukan pekerjaan apapun (termasuk jadi kuli bangunan) agar tetap bisa melanjutkan hidup. 

Nah kalau malas? Malah semakin merepotkan pemerintah, minimal orang di sekitarnya, karena ia tidak ada niatan untuk hidup mandiri, kerja seadanya, dan hanya mengandalkan orang lain karena sikap malasnya.

Tidak masalah wanita/istri memilih untuk menyiapkan bekal, mengerjakan pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh kaum pria, selama di antara mereka sudah ada kesepakatan. Tukar peran rumah tangga pun, tidak menjadi masalah. Toh, salah satu esensi dari pernikahan yaitu, saling melengkapi satu sama lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun