Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Habib Rizieq, FPI, dan Sekelumit Sejarah Kelam

28 Oktober 2020   01:44 Diperbarui: 28 Oktober 2020   01:57 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa sih yang tidak kenal dengan Habib Rizieq? Yup, pentolan Front Pembela Islam yang sering disebut sebagai Imam Besar oleh pendukunganya ini, akan segera pulang ke Indonesia. Sendiri sering melayangkan kritik keras kepada FPI maupun petingginya antara tahun 2016-2018. 

Saat itu Saya menyoroti banyak kasus yang diperbesarkan oleh FPI. Mulai dari Ahok, hingga penghinaan terhadap Pancasila. Saya membuat artikel ini sebagai bentuk respon atas rencana kepulangan Habib Rizieq, sekaligus "nostalgia" atas kritikan-kritikan yang pernah Saya lontarkan dulu. Sebelum kita mulai, ada baiknya Saya mengulas sedikit tentang Habib Rizieq terlebih dahulu.

Muhammad Rizieq Shihab lahir di Jakarta, 24 Agustus 1965. Memasuki masa kuliah, Habib Rizieq baru serius belajar di perguruan tinggi Islam di Arab Saudi. Ia mengambil Jurusan Studi Agama Islam (Fikh dan Ushul Fikh), King Saud University, Riyadh, Arab Saudi. 

Bahkan ia sempat meneruskan ke Universitas Islam Internasional Antar Bangsa, Malaysia meskipun tak selesai. Berbekal ilmu yang dimiliki, Habib Rizieq mulai mengabdi ke masyarakat dengan menjadi penceramah dan pengajar ngaji di majelis talim dan masjid. Seiring aktivitasnya, ia juga aktif di organisasi sebagai anggota di Jami'at Kheir, organisasi Islam untuk kalangan Arab Indonesia.

Seiring perjalanan dakwah dan problematikanya, Habib Rizieq dan beberapa habib dan ulama mendirikan organisasi Front Pembela Islam (FPI). Organisasi ini untuk pertama kalinya dicetuskan di kediamannya Petamburan, Jakarta dan dideklarasikan di Pondok Pesantren Al-Umm, Ciputat, Tangerang pada tanggal 17 Agustus 1998.

Nah, ada yang menarik dari pendirian ormas FPI. Saya mendapatkan info dari teman baik Saya kala itu (kalau tidak salah tahun 2017), teman Saya berkata bahwa FPI merupakan ormas jelmaan dari Pam Swakarsa yang bubar pasca Reformasi 1998. Pam Swakarsa sendiri merupakan ormas yang sengaja dibenturkan oleh massa aksi yang menuntut mundurnya Presiden Soeharto. 

Dan, desas-desus lain yang Saya dengar saat itu adalah, Pam Swakarsa merupakan ormas bentukan seorang Jenderal (Saya tidak ingin menyebut nama) yang loyal terhadap kepemimpinan Soeharto. Kabar yang Saya terima itu bukan sekedar kabar biasa, karena situs wikileaks pernah membocorkan dokumen rahasia, bahwa Kepolisian RI sengaja memanfaatkan FPI sebagai "attack dog" mereka.

Pam Swakarsa atau Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa adalah sebutan untuk kelompok sipil bersenjata tajam yang dibentuk oleh TNI untuk membendung aksi mahasiswa sekaligus mendukung Sidang Istimewa MPR (SI MPR) tahun 1998, yang berakhir dengan Tragedi Semanggi. Selama SI MPR, Pam Swakarsa berkali-kali terlibat bentrokan dengan para pengunjuk rasa yang menentang SI, juga terlibat bentrokan dengan masyarakat yang merasa resah dengan kehadiran Pam Swakarsa.

Sikap Pam Swakarsa ditambah dengan perlakuan diskriminatif aparat terhadap massa mahasiwa dibanding dengan pasukan Pam Swakarsa ini, membuat masyarakat antipati. Sejak sebelum dimulai SI MPR saja sudah menimbulkan bentrokan fisik antara masyarakat dengan Pam Swakarsa yang dilindungi aparat. 

Pangab/Menhankam Jenderal TNI Wiranto, tetap bersikeras untuk mempertahankan eksistensi pasukan swasta tersebut. Padahal berbagai kecaman dan peringatan akibat negatif keberadaan mereka pun sudah dilontarkan berbagai pihak. Misalnya dalam Deklarasi Ciganjur, yang disampaikan oleh empat tokoh: Gus Dur, Megawati, Sultan Hamengkubuwono X, dan Amien Rais (dikutip dari Wikipedia Indonesia).

Kemudian teman Saya itu menyuruh Saya untuk mempelajari tentang Sarekat Hijau, sebuah ormas yang dibentuk pada masa kolonial. Saya pun akhirnya menemukan kemiripan antara Pam Swakarsa (bukan Pam Swakarsa saat ini) dengan Sarekat Hijau, yaitu berfungsi untuk melawan arus "insureksi" dari masyarakat sipil yang menentang pemerintahan kolonial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun